Seleksi obat
dilakukan oleh oleh panitia farmasi dan terapi (PFT) dengan menyusun suatu
daftar obat dan alat kesehatan yang akan digunakan di rumah sakit sebagai
bagian dari pelayanan rumah sakit. Setelah dilakukan seleksi, maka pengadaan
obat dimulai dengan perencanaan obat (Maimun, 2008).
Seleksi obat adalah suatu proses untuk menetukan jenis obat
yang benar-benar diperlukan yang sesuai dengan pola penyakit. Dasar seleksi
kebutuhan obat meliputi :
- Obat dipilih berdasarkan
seleksi ilmiah, medis, dan statistik yang memberikan efek terapi jauh
lebih baik disbanding resiko efek samping yang ditimbulkan.
- Jenis obat yang dipilih
seminimal mungkin untuk menghindari duplikasi dan kesamaan jenis. Apabila
jumlah obat dengan indikasi sama dalam jumlah banyak, maka kita memilih
berdasarkan drug of choice dari penyakit yang prevalensinya tinggi.
- Jika ada obat baru, harus ada
bukti yang spesifik untuk terapi yang lebih baik.
- Menghindari penggunaan obat
kombinasi, kecuali jika obat kombinasi tersebut mempunyai efek yang lebih
baik daripada apabila digunakan secara tunggal.
Seleksi
obat-obat yang akan dimasukan ke dalam formularium digambarkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Seleksi Obat dalam
Penyusunan Formularium
Proses
pemilihan obat untuk formularium dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.
Penetapan masalah
kesehatan
Panitia farmasi dan terapi mencari
informasi mengenai pola prevalensi penyakit di daerah RS didirikan. Prevalensi
10-20 penyakit tertinggi di daerah tersebut akan diprioritaskan dalam memilih
obat. Selain pola penyakit, perlu juga data mengenai keluhan umum yang
menyebabkan seseorang datang ke rumah sakit dan memerlukan terapi.
b.
Pemilihan jenis terapi
dan penyusunan
Obat-obat (dan alat kesehatan) yang
dapat digunakan dalam terapi didaftar,
lalu dipilih obat pilihan utama dan sekunder (lalu tersier) untuk pengobatan.
Pemilihan obat ini didasarkan pada guideline
terapi pengobatan yang terbaru dan yang berbasis bukti. Kemudian, ditentukan
juga obat-obatan yang akan digunakan di RS, dan disusun daftar merk dagang yang
tersedia untuk setiap obat. Daftar tersebut disusun menurut bentuk sediaan dan
dosis setiap sediaan dengan mempertimbangkan bioavailabilitas-bioequivalency,
harga obat, ketersediaan dana, kemampuan supplier menyediakan obat tepat waktu.
Daftar tersebut disusun dalam formularium, yang merupakan output dari proses
seleksi obat. Formularium menjadi dasar pengadaan obat di RS dan dasar dokter
untuk memilih obat. Untuk penjaminan mutu RS, formularium perlu diperbaharui
berkala.
1.
Perencanaan
Obat
Perencanaan
merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan
farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan
obat. Metode yang dapat digunakan yaitu: metode konsumsi dan metode
epidemiologi. Pedoman perencanaan obat untuk rumah sakit yaitu DOEN, Formularium
Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit, ketentuan setempat yang berlaku, data
catatan medis, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit,
sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu, atau dari rencana
pengembangan.
Perencanaan
dilakukan untuk menetapkan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang
tepat sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar. Tahap-tahap yang
dilalui dalam proses perencanaan obat adalah:
a.
Tahap pemilihan obat,
dimana pemilihan obat didasarkan pada Obat Generik terutama yang tercantum
dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), dengan harga berpedoman pada
penetapan Menteri.
b.
Tahap kompilasi
pemakaian obat, untuk memperoleh informasi:
1) Pemakaian
tiap jenis obat pada masing-masing unit pelayanan kesehatan/puskesmas pertahun.
2) Persentase
pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian setahun seluruh unit
pelayanan kesehatan/puskesmas.
3) Pemakaian
rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkat Kab/Kota secara periodik.
c.
Tahap perhitungan kebutuhan
obat, dilakukan dengan:
1) Metode konsumsi
adalah metode yang didasarkan atas analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pengumpulan dan pengolahan data, analisa
data untuk informasi dan evaluasi, perhitungan perkiraan kebutuhan obat dan
penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana. Rumus yang digunakan
adalah:
A = (B+C+D) - E
A = Rencana
pengadaan
B = Pemakaian
rata-rata x 12 bulan
C = Stok
Pengaman 10% - 20%
D = Waktu
tunggu 3 – 6 bulan
E = Sisa stok
Keunggulan
metode konsumsi adalah data yang diperoleh akurat, metode paling mudah, tidak
memerlukan data penyakit maupun standar pengobatan. jika data konsumsi lengkap
pola penulisan tidak berubah dan kebutuhan relatif konstan maka kemungkinan
kekurangan atau kelebihan obat sangat kecil. Kekurangannya antara lain tidak
dapat untuk mengkaji penggunaan obat dalam perbaikan penulisan resep,
kekurangan dan kelebihan obat sulit diandalkan, tidak memerlukan pencatatan
data morbiditas yang baik.
2) Metode
Morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit.
Langkah-langkah perhitungan metode morbiditas adalah:
a) Menetapkan
pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok umur penyakit.
b) Menyiapkan
data populasi penduduk.
c) Menyediakan
data masing-masing penyakit/tahun untuk seluruh populasi pada kelompok umur
yang ada.
d) Menghitung
frekuensi kejadian masing-masing penyakit/tahun untuk seluruh populasi pada
kelompok umur yang ada.
e) Menghitung
jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian obat menggunakan pedoman
pengobatan yang ada.
f) Menghitung
jumlah yang harus diadakan untuk tahun anggaran yang akan datang.
Keunggulan
metode epidemiologi adalah perkiraan kebutuhan mendekati kebenaran, standar
pengobatan mendukung usaha memperbaiki pola penggunaan obat. Sedangkan
kekurangannya antara lain membutuhkan waktu dan tenaga yang terampil, data
penyakit sulit diperoleh secara pasti, diperlukan pencatatan dan pelaporan yang
baik.
d.
Tahap proyeksi
kebutuhan obat, dengan kegiatan-kegiatan:
1) Menetapkan
perkiraan stok akhir periode yang akan datang, dengan mengalikan waktu tunggu
dengan estimasi pemakaian rata-rata/bulan ditambah stok pengaman.
2) Menghitung
perkiraan kebutuhan pengadaan obat periode tahun yang akan datang, dengan
rumus:
a = b + c + d -
e - f
a = perkiraan kebutuhan pengadaan obat tahun
yang akan datang.
b
= kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan untuk sisa periode berjalan (sesuai
tahun anggaran yang bersangkutan).
c = kebutuhan
obat untuk tahun yang akan datang.
d = perkiraan
stok akhir tahun (waktu tunggu dan stok pengaman).
e
= stok awal periode berjalan atau sisa stok per 31 Desember tahun sebelumnya di
unit pengelola obat.
f = rencana
penerimaan obat pada periode berjalan (Jan s.d Des).
3) Menghitung
perkiraan anggaran untuk total kebutuhan obat dengan melakukan analisis
ABC-VEN, menyusun prioritas kebutuhan dan penyesuaian kebutuhan dengan anggaran
yang tersedia.
4) Pengalokasian
kebutuhan obat berdasarkan sumber anggaran dengan melakukan kegiatan:
menetapkan kebutuhan anggaran untuk masing-masing obat berdasarkan sumber
anggaran; menghitung persentase anggaran masing-masing obat terhadap total
anggaran dan semua sumber.
5) Mengisi
lembar kerja perencanaan pengadaan obat, dengan menggunakan formulir lembar
kerja perencanaan pengadaan obat.
e.
Tahap penyesuaian rencana
pengadaan obat
Dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai jumlah rencana
pengadaan, skala prioritas masing-masing jenis obat dan jumlah kemasan, untuk
rencana pengadaan obat tahun yang akan datang. Beberapa teknik manajemen untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dana dalam perencanaan
kebutuhan obat adalah dengan cara:
1) Analisa
ABC dilakukan dengan mengelompokkan item obat berdasarkan kebutuhan dananya
yaitu:
a) Kelompok
A: kelompok obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan
dana sekitar 70% dari jumlah dana obat keseluruhan.
b) Kelompok
B: kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya menunjukkan
penyerapan dana sekitar 20%.
c) Kelompok
C: kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya menunjukkan
penyerapan dana sekitar 10% dari jumlah dana obat keseluruhan.
Langkah-langkah
menentukan kelompok A, B dan C:
a) Hitung
jumlah dana yang dibutuhkan untuk masing-masing obat dengan cara kuantum obat x
harga obat.
b) Tentukan
rankingnya mulai dari dana terbesar sampai terkecil.
c) Hitung
persentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan.
d) Hitung
kumulasi persennya.
e) Obat
kelompok A termasuk dalam kumulasi 70%.
f) Obat
kelompok B termasuk dalam kumulasi > 70% s/d 90%.
g) Obat
kelompok C termasuk dalam kumulasi > 90% s.d 100%.
2) Analisa
VEN dilakukan dengan mengelompokkan obat yang didasarkan kepada dampak tiap
jenis obat pada kesehatan, yaitu:
a) Kelompok
V: kelompok obat yang vital antara lain: obat penyelamat, obat untuk pelayanaan
kesehatan pokok, obat untuk mengatasi penyakit-penyakit penyebab kematian
terbesar.
b) Kelompok
E: kelompok obat yang bekerja kausal yaitu obat yang bekerja pada sumber
penyebab penyakit.
c) Kelompok
N: kelompok obat penunjang yaitu obat yang kerjanya ringan dan biasa
dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan ringan.
Langkah-langkah
menentukan VEN: menyusun kriteria menentukan VEN, menyediakan data pola
penyakit, dan merujuk pada pedoman pengobatan (Dhendianto, 2010).
Jenis-jenis metode
perencanaan dalam pengadaaan obat:
- Metode Konsumsi
Merupakan
suatu metode perencanaan obat berdasarkan pada kebutuhan riil obat pada periode
lalu dengan penyesuaian dan koreksi berdasarkan pada penggunaan obat tahun
sebelumnya. Cara perhitungannya :
1) Hitung pemakaian tiap jenis obat dalam
periode lalu
2) Koreksi hasil pemakaian tiap obat
periode lalu terhadap kecelakaan dan kehilangan obat
3) Koreksi langkah sebelumnya (koreksi
hasil pemakaian tiap jenis obat dalam periode lalu terhadap kecelakaan dan
kehilangan obat) terhadap stock out
4) Lakukan penyesuaian terhadap
kesepakatan langkah a dan b
5) Hitung periode yang akan datang untuk
tiap jenis obat
atau :
|
Tabel 1.
Keunggulaan dan Kelemahan Metode Konsumsi
Keunggulan
|
Kelemahan
|
-
Mudah dilakukan, data akurat
-
Tidak butuh data
penyakit, standar terapi
|
-
Memakan waktu lebih banyak
-
Aspek medik pemakaian obat
tidak dapat dipantau
|
- Metode Epidemiologi
Merupakan metode berdasarkan pada pola penyakit yang ada dan didasarkan pada
penyakit yang ada di rumah sakit atau yang paling sering muncul di masyarakat.
Metode ini paling banyak digunakan di rumah sakit. Tahap-tahap yang diperlukan
antara lain menentukan jumlah penduduk yang akan
dilayani, menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit,
menyediakan standar pengobatan yang digunakan untuk perencanaan dan menghitung
perkiraan kebutuhan obat dan penyesuaian kebutuhan obat dengan alokasi dana.
Perencanaan dengan metode epidemiologi ini lebih ideal, namun prasyaratnya
lebih sulit untuk dipenuhi.
Tabel 2. Keunggulaan dan Kelemahan Metode Epidemiologi
Keunggulan
|
Kelemahan
|
-
Perkiraankebutuhan
mendekati kebenaran
-
standar
pengobatanmendukung usaha memperbaiki pola penggunaan obat
|
-
membutuhkanwaktu dan
tenaga terampil
-
data penyakit
sulitdiperoleh secara pasti
-
perlu pencatatan
danpelaporan yang baik
|
c. Metode
kombinasi
Merupakan
suatu metode perencanaan obat berdasarkan kombinasi antara metode konsumsi dan
metode epidemiologi.
0 komentar:
Posting Komentar