Penyakit Saluran Cerna Dyspepsia | Gudang artikel

Penyakit Saluran Cerna Dyspepsia

Senin, 30 Juli 2018

Dyspepsia adalah suatu penyakit saluran cerna yang disertai dengan nyeri ulu hati ( epegastrium ), mual,muntah,kembung-kembung, rasa penuh atau rasa cepat kenyang dan sendawa.Dyspepsia setring ditemukan dalam kehidupan sehari- hari, keluhan ini sangat berpariasi, baik dalam jenis gejala yang ada maupun intensitas gejala tersebut dari waktu kewaktu ( Kapita Selekta Kedokteran).
1.      Klasifikasi
Dyspepsia dibagi menjadi dua yaitu :
a.       Dyspepsia Organik
Terjadi apabila telah diketahuio adanya kelainan organik sebagai penyebab atau adanya kelainan sistemik yang jelas misalnya ( tukak peptik, gastritis,pankriatitis,kolesitis dan lain-lainnya )
b.      Dyspepsia Non Organik ( Dyspepsia fungsional/non ulkos )
Terjadi apabila tidak ada kejelasan penyebabnya atau tanpa didapat kelainan struktur/organik.

A.    EPIDEMIOLOGI
            Penyakit ini sering diderita oleh masyarakat karena penyakit ini berhubungan dengan:
1.      Keadaan sosial ekonomi masyarakat
2.      Pola makan
3.      Keadaan makanan
            Prevalensi dyspepsia di Indonesia pada beberapa penelitian ditemukan antara 6-15 % terutama pada usia 20-50 tahun. Di Inggris populasi yang menderita dyspepsia sekitar 10%, dan  4500 orang meninggal setiap tahunnya. Di Amerika 15.000 orang meninggal karena dyspepsia setiap tahunnya.
a.       15 – 30% dari populasi umum pernah mengalami dispepsia
b.      Dijumpai 30% dari pasien dokter praktek umum
c.       60% dari semua pasien di klinik gastroenterologi
d.      Di Negara barat: prevalensi 7 – 41% (yang berobat hanya 10-20%)
e.       Di Indonesia : data secara nasional masih belum diketahui

B.     ETIOLOGI
        Etiologi dyspepsia kurang dipahami, meskipun bakteri gram negatif H. Pylori telah sangat diyakini sebagai faktor penyebab. Diketahui bahwa dyspepsia terjadi hanya pada area saluran GI yang terpapar pada asam hidrochlorida dan pepsin. Penyakit ini terjadi dengan frekuensi paling besar pada individu antara usia 40 dan 60 tahun. Tetapi, relatif jarang pada wanita menyusui, meskipun ini telah diobservasi pada anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria terkenal lebih sering daripada wanita, tapi terdapat beberapa bukti bahwa insiden pada wanita hampir sama dengan pria. Setelah menopause, insiden ulkus peptikum pada wanita hampir sama dengan pria. Sebab pada wanita yang sudah menopause terjadi peningkatan penggunaan NSAID. Ulkus peptikum pada korpus lambung dapat terjadi tanpa sekresi asam berlebihan.
Predisposisi :
          Upaya masih dilakukan untuk menghilangkan penyebab ulkus. Beberapa pendapat mengatakan stress atau marah yang tidak diekspresikan adalah faktor predisposisi. Ulkus nampak terjadi pada orang yang cenderung emosional, tetapi apakah ini faktor pemberat kondisi, masih tidak pasti. Kecenderungan keluarga yang juga tampak sebagai faktor predisposisi signifikan. Hubungan herediter selanjutnya ditemukan pada individu dengan golongan darah lebih rentan daripada individu dengan golongan darah A, B, atau AB. Faktor predisposisi lain yang juga dihubungkan dengan dyspepsia mencakup penggunaan kronis obat antiinflamasi non steroid(NSAID). Minum alkohol dan merokok berlebihan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa dyspepsia dapat dihubungkan dengan infeksi bakteri dengan agen seperti H. Pylori. Adanya bakteri ini meningkat sesuai dengan usia. Ulkus karena jumlah hormon gastrin yang berlebihan, yang diproduksi oleh tumor (gastrinomas-sindrom zolinger-ellison)jarang terjadi. Dyspepsia dapat terjadi pada pasien yang terpajan kondisi penuh stress.

C.    MANIFESTASI KLINIS
Klasifikasi klinis praktis didasarkan atas keluhan/ gejala yang dominan, dibagi dalam tiga katagori :
1.      Dyspepsia dengan keluhan seperti ulkos ( Ulkus-Like Dyspepsia )
dengan gejala nyeri ulu hati ( epegastrium ) terlokalisasi, nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid, nyeri saat lapar, nyeri epesodic.
2.      Dyspepsia dengan gejala seperti dismotilitas ( dyspepsia like motility )
dengan gejala mual Kenyang, perut cepat tersa penuh saat makan, mual. muntah, upper abdominal.
3.      Dyspepsia non specifik ( tidak ada gejala seperti dua jenis diatas )
pembagian akut dan kronis berdasarkan atas jangka waktu .

D.    PATOFISIOLOGI
            Menurut dr. Wewen Siswanto (1999), patofisiologi Dyspepsia Non Ulkus masih sedikit diketahui, beberapa faktor berikut mungkin berperan penting (multifaktorial) :
1.      Abnormalitas Motorik Gaster
Dengan Studi Scintigrapic Nuklear dibuktikan lebih dari 50 %klien Dyspepsia Non Ulkus mempunyai keterlambatan pengosongan makanan dalam gaster. Demikian pula pada studi Monometrik  didapatkan gangguan mobilitas antrum post prandial, tetapi hubungan antara kelainan tersebut dengan gejala dyspepsia tidak jelas.
Penelitian akhir menunjukkan bahwa fundus gaster yang “kaku” bertanggung jawab terhadap dyspepsia. Pada keadaan normal seharusnya fundus relaksasi, baik saat mencerna makanan maupun bila terjadi distensi duodenum. Pengosongan makanan bertahap dari korpus gaster menujuke bagian fundus dan duodenum diatur oleh refleks fagal. Pada beberapa pasien Dyspepsia Non Ulkus, refleks ini tidak berfungsi dengan baik sehingga pengisian bagian antrum terlalu cepat.
2.      Perubahan Sensitivitas Gaster
Lebih dari 50 % pasien Dyspepsia Non Ulkus menunjukkan sensitivitas terhadap distensi gaster ayau intestinunm, oleh karena itu mungkin akibat : makanan yang sudikit mengiritasi seperti makanan pedas, distensi udara, gangguan kontraksi gaster intestinum atau distensi dini bagian antrum post prandial dapat menginduksi nyeri bagian ini.
3.      Psikosomatis (Faktor Psiko Sosial)
Emosi, intelegensi dan kepribadian sangat berpengaruh terhadap cara manusia menyelesaikan konfliknya. Bila konflik tidak teratasi akan menimbulkan stres psikis dan selanjutnya bisa menimbulkan gangguan somatic baik gangguan fungsional maupun organik.       

E.     GEJALA DAN TANDA
1.      Mual
2.      Muntah     
3.      Nyeri ulu hati
4.      Nyeri saat lapar
5.      Perut terasa penuh saat makan
6.      Perut terasa kenyang saat makan
7.      Nyeri tekan

F.     DIAGNOSIS
1.      Radiologi  yaitu, OMD dengan kontras ganda.
2.      Serologi Helicobacer pylori.
3.       Urea breath test (belum tersedia di Indonesia).
4.       Endoskopi  :
a.       CLO (rapid urea test).
b.      Patologi anatomi.
c.       Kultur miroorganisme (MO) jaringan.
d.      PCR (polmerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian.

0 komentar:

Posting Komentar