Dyspepsia
adalah suatu penyakit saluran cerna yang disertai dengan nyeri ulu hati (
epegastrium ), mual,muntah,kembung-kembung, rasa penuh atau rasa cepat kenyang
dan sendawa.Dyspepsia setring ditemukan dalam kehidupan sehari- hari, keluhan
ini sangat berpariasi, baik dalam jenis gejala yang ada maupun intensitas
gejala tersebut dari waktu kewaktu ( Kapita Selekta Kedokteran).
1. Klasifikasi
Dyspepsia dibagi menjadi dua yaitu :
a. Dyspepsia
Organik
Terjadi apabila telah diketahuio adanya
kelainan organik sebagai penyebab atau adanya kelainan sistemik yang jelas
misalnya ( tukak peptik, gastritis,pankriatitis,kolesitis dan lain-lainnya )
b. Dyspepsia
Non Organik ( Dyspepsia fungsional/non ulkos )
Terjadi apabila tidak ada kejelasan
penyebabnya atau tanpa didapat kelainan struktur/organik.
A.
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini sering diderita oleh
masyarakat karena penyakit ini berhubungan dengan:
1. Keadaan
sosial ekonomi masyarakat
2. Pola
makan
3. Keadaan
makanan
Prevalensi dyspepsia di Indonesia
pada beberapa penelitian ditemukan antara 6-15 % terutama pada usia 20-50
tahun. Di Inggris populasi yang menderita dyspepsia sekitar 10%, dan 4500 orang meninggal setiap tahunnya. Di
Amerika 15.000 orang meninggal karena dyspepsia setiap tahunnya.
a. 15 – 30% dari populasi umum pernah mengalami dispepsia
b. Dijumpai 30% dari pasien dokter praktek umum
c. 60% dari semua pasien di klinik gastroenterologi
d. Di Negara barat: prevalensi 7 – 41% (yang berobat
hanya 10-20%)
e. Di Indonesia : data secara nasional masih
belum diketahui
B.
ETIOLOGI
Etiologi dyspepsia kurang dipahami, meskipun bakteri gram
negatif H. Pylori telah sangat diyakini sebagai faktor penyebab. Diketahui
bahwa dyspepsia terjadi hanya pada area saluran GI yang terpapar pada asam
hidrochlorida dan pepsin. Penyakit ini terjadi dengan frekuensi paling besar
pada individu antara usia 40 dan 60 tahun. Tetapi, relatif jarang pada wanita
menyusui, meskipun ini telah diobservasi pada anak-anak dan bahkan pada bayi.
Pria terkenal lebih sering daripada wanita, tapi terdapat beberapa bukti bahwa
insiden pada wanita hampir sama dengan pria. Setelah menopause, insiden ulkus
peptikum pada wanita hampir sama dengan pria. Sebab pada wanita yang sudah
menopause terjadi peningkatan penggunaan NSAID. Ulkus peptikum pada korpus
lambung dapat terjadi tanpa sekresi asam berlebihan.
Predisposisi :
Upaya masih dilakukan untuk menghilangkan penyebab ulkus.
Beberapa pendapat mengatakan stress atau marah yang tidak diekspresikan adalah
faktor predisposisi. Ulkus nampak terjadi pada orang yang cenderung emosional,
tetapi apakah ini faktor pemberat kondisi, masih tidak pasti. Kecenderungan
keluarga yang juga tampak sebagai faktor predisposisi signifikan. Hubungan
herediter selanjutnya ditemukan pada individu dengan golongan darah lebih
rentan daripada individu dengan golongan darah A, B, atau AB. Faktor
predisposisi lain yang juga dihubungkan dengan dyspepsia mencakup penggunaan
kronis obat antiinflamasi non steroid(NSAID). Minum alkohol dan merokok
berlebihan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa dyspepsia dapat dihubungkan
dengan infeksi bakteri dengan agen seperti H. Pylori. Adanya bakteri ini
meningkat sesuai dengan usia. Ulkus karena jumlah hormon gastrin yang
berlebihan, yang diproduksi oleh tumor (gastrinomas-sindrom
zolinger-ellison)jarang terjadi. Dyspepsia dapat terjadi pada pasien yang
terpajan kondisi penuh stress.
C.
MANIFESTASI
KLINIS
Klasifikasi
klinis praktis didasarkan atas keluhan/ gejala yang dominan, dibagi dalam tiga
katagori :
1. Dyspepsia
dengan keluhan seperti ulkos ( Ulkus-Like Dyspepsia )
dengan gejala nyeri ulu hati (
epegastrium ) terlokalisasi, nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid,
nyeri saat lapar, nyeri epesodic.
2. Dyspepsia
dengan gejala seperti dismotilitas ( dyspepsia like motility )
dengan gejala mual Kenyang, perut cepat
tersa penuh saat makan, mual. muntah, upper abdominal.
3. Dyspepsia
non specifik ( tidak ada gejala seperti dua jenis diatas )
pembagian akut dan kronis berdasarkan
atas jangka waktu .
D.
PATOFISIOLOGI
Menurut dr. Wewen Siswanto (1999),
patofisiologi Dyspepsia Non Ulkus masih sedikit diketahui, beberapa faktor
berikut mungkin berperan penting (multifaktorial) :
1. Abnormalitas
Motorik Gaster
Dengan
Studi Scintigrapic Nuklear dibuktikan lebih dari 50 %klien Dyspepsia Non Ulkus
mempunyai keterlambatan pengosongan makanan dalam gaster. Demikian pula pada
studi Monometrik didapatkan gangguan
mobilitas antrum post prandial, tetapi hubungan antara kelainan tersebut dengan
gejala dyspepsia tidak jelas.
Penelitian
akhir menunjukkan bahwa fundus gaster yang “kaku” bertanggung jawab terhadap
dyspepsia. Pada keadaan normal seharusnya fundus relaksasi, baik saat mencerna
makanan maupun bila terjadi distensi duodenum. Pengosongan makanan bertahap
dari korpus gaster menujuke bagian fundus dan duodenum diatur oleh refleks
fagal. Pada beberapa pasien Dyspepsia Non Ulkus, refleks ini tidak berfungsi
dengan baik sehingga pengisian bagian antrum terlalu cepat.
2. Perubahan
Sensitivitas Gaster
Lebih
dari 50 % pasien Dyspepsia Non Ulkus menunjukkan sensitivitas terhadap distensi
gaster ayau intestinunm, oleh karena itu mungkin akibat : makanan yang sudikit
mengiritasi seperti makanan pedas, distensi udara, gangguan kontraksi gaster
intestinum atau distensi dini bagian antrum post prandial dapat menginduksi
nyeri bagian ini.
3. Psikosomatis
(Faktor Psiko Sosial)
Emosi,
intelegensi dan kepribadian sangat berpengaruh terhadap cara manusia
menyelesaikan konfliknya. Bila konflik tidak teratasi akan menimbulkan stres
psikis dan selanjutnya bisa menimbulkan gangguan somatic baik gangguan
fungsional maupun organik.
E.
GEJALA
DAN TANDA
1. Mual
2.
Muntah
3. Nyeri
ulu hati
4. Nyeri
saat lapar
5. Perut
terasa penuh saat makan
6. Perut
terasa kenyang saat makan
7. Nyeri
tekan
F.
DIAGNOSIS
1.
Radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda.
2.
Serologi Helicobacer
pylori.
3.
Urea breath test (belum tersedia di
Indonesia).
4.
Endoskopi
:
a.
CLO (rapid urea test).
b.
Patologi anatomi.
c.
Kultur miroorganisme
(MO) jaringan.
d.
PCR (polmerase chain
reaction), hanya dalam rangka penelitian.
0 komentar:
Posting Komentar