I.
PENYEBAB MEDICATION ERROR
Medication Error dapat terjadi akibat dari:
•
Kesalahan manusia
•
Lemahnya sistem yang ada
•
Bisa terjadi dalam setiap langkah penyiapan obat:
proses pemilihan obat, prescribing, pembacaan resep, formulasi obat, penyerahan
obat pada pasien hingga penggunaan obat oleh pasien atau petugas kesehatan.
Potensi
error dalam proses pemberian obat
•
Salah
ambil obat
•
Salah
penyerahan obat ke pasien
•
Salah
penghitungan dosis/ Dosis pemberian tidak tepat
•
Salah
jumlah dan durasi pengobatan
•
Salah
melarutkan obat/ Salah pemilihan pelarut obat
•
Obat
tidak tersedia saat dibutuhkan
•
Salah
suntik pasien
•
Salah
jalur pemberian obat
•
Lupa
skin test timbul efek samping obat
Adapun penyebab
umum medication error antara lain :
•
Kondisi
fisik dan psikologis : kelelahan, kurang teliti, teledor, stressor di luar
kerja
•
Tidak
melakukan prosedur check dan recheck
•
Keterbatasan
informasi
•
Kurangnya
pengetahuan petugas
•
Kurangnya
komunikasi
•
Tulisan
yang tidak jelas dan lengkap
•
Lingkungan
kerja : sempit, penataan obat tidak teratur dll
•
Rendahnya
kualitas kerjasama tim dan komunikasi
•
Sistem
kerja yang kurang baik
II.
CONTOH-CONTOH PENYEBAB MEDICATION EROR
Contoh
penyebab medication error di rawat inap :
– Di
Apotek Rawat Inap: beban terlalu tinggi
–
Banyak jenis pasien (Umum, Jamsostek, Askes)
–
Keluarga Pasien tidak mau mengunggu lama
–
Nama pasien yang hampir sama
–
Tulisan dokter tidak jelas
Medication error dapat terjadi di
mana saja, kapan saja, dan menimpa siapa saja. Dampak yang ditimbulkannya
sangatlah beragam mulai yang tidak memberi risiko sama sekali hingga yang
berakhir dengan kecacatan atau bahkan kematian. Medication error dapat
terjadi di masing-masing proses dari peresepan, mulai dari penulisan resep,
pembacaan resep oleh apotek, penyerahan obat, hingga penggunaan obat oleh
pasien. Kesalahan dalam salah satu bagian bisa secara berantai meningkatkan
risiko medication error di langkah berikutnya dalam proses peresepan.
Jika obat sudah mencapai pasien, apalagi diminum atau digunakan, maka yang
dapat diharapkan adalah kemungkinan timbulnya risiko efek samping yang dapat
diprediksi. Pada situasi ini tentu sangat sulit untuk menjamin bahwa medication
error dapat dikurangi. Namun dengan upaya sistematik, baik melalui
identifikasi berkala terhadap kinerja, sistem komputerisasi dan automatisasi
pengumpulan data hingga penyusunan standard operating prosedur akan dapat
meminimalkan risiko terjadinya medication error.
Selain
itu juga terjalinnya komunikasi yang baik dan benar antar apoteker, dokter,
perawat maupun pasien itu sendiri sangat membantu dalam melaksanakan
pengobatan. Seorang apoteker harus memberikan konseling kepada pasien tentang,
indikasi, cara penggunaan obat, dosis maupun frekuensi pengobatan, obat
antibiotik yang harus dihabiskan, serta interaksi dengan obat lain bila perlu.
0 komentar:
Posting Komentar