| Gudang artikel

Beberapa hal penyebab medication error

Rabu, 11 Juli 2018

I.          PENYEBAB MEDICATION ERROR

Medication Error dapat terjadi akibat dari:
         Kesalahan manusia
         Lemahnya sistem yang ada
         Bisa terjadi dalam setiap langkah penyiapan obat: proses pemilihan obat, prescribing, pembacaan resep, formulasi obat, penyerahan obat pada pasien hingga penggunaan obat oleh pasien atau petugas kesehatan.

Potensi error dalam proses pemberian obat
           Salah ambil obat
           Salah penyerahan obat ke pasien
           Salah penghitungan dosis/ Dosis pemberian tidak tepat
           Salah jumlah dan durasi pengobatan
           Salah melarutkan obat/ Salah pemilihan pelarut obat
           Obat tidak tersedia saat dibutuhkan
           Salah suntik pasien
           Salah jalur pemberian obat
           Lupa skin test timbul efek samping obat

Adapun penyebab umum medication error antara lain :
           Kondisi fisik dan psikologis : kelelahan, kurang teliti, teledor, stressor di luar kerja
           Tidak melakukan prosedur check dan recheck
           Keterbatasan informasi
           Kurangnya pengetahuan petugas
           Kurangnya komunikasi
           Tulisan yang tidak jelas dan lengkap
           Lingkungan kerja : sempit, penataan obat tidak teratur dll
           Rendahnya kualitas kerjasama tim dan komunikasi
           Sistem kerja yang kurang baik


II.          CONTOH-CONTOH PENYEBAB MEDICATION EROR
       Contoh penyebab medication error di rawat inap :
 Di Apotek Rawat Inap: beban terlalu tinggi
   Banyak jenis pasien (Umum, Jamsostek, Askes)
   Keluarga Pasien tidak mau mengunggu lama
        Nama pasien yang hampir sama
        Tulisan dokter tidak jelas


Medication error dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan menimpa siapa saja. Dampak yang ditimbulkannya sangatlah beragam mulai yang tidak memberi risiko sama sekali hingga yang berakhir dengan kecacatan atau bahkan kematian. Medication error dapat terjadi di masing-masing proses dari peresepan, mulai dari penulisan resep, pembacaan resep oleh apotek, penyerahan obat, hingga penggunaan obat oleh pasien. Kesalahan dalam salah satu bagian bisa secara berantai meningkatkan risiko medication error di langkah berikutnya dalam proses peresepan. Jika obat sudah mencapai pasien, apalagi diminum atau digunakan, maka yang dapat diharapkan adalah kemungkinan timbulnya risiko efek samping yang dapat diprediksi. Pada situasi ini tentu sangat sulit untuk menjamin bahwa medication error dapat dikurangi. Namun dengan upaya sistematik, baik melalui identifikasi berkala terhadap kinerja, sistem komputerisasi dan automatisasi pengumpulan data hingga penyusunan standard operating prosedur akan dapat meminimalkan risiko terjadinya medication error.
Selain itu juga terjalinnya komunikasi yang baik dan benar antar apoteker, dokter, perawat maupun pasien itu sendiri sangat membantu dalam melaksanakan pengobatan. Seorang apoteker harus memberikan konseling kepada pasien tentang, indikasi, cara penggunaan obat, dosis maupun frekuensi pengobatan, obat antibiotik yang harus dihabiskan, serta interaksi dengan obat lain bila perlu.

Pengertian Medication error dalam dunia farmasi


Medication error merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien rawat inap. Medication error dapat menyebabkan efek samping yang membahayakan yang potensial memicu resiko fatal dari penyakit. Suatu sistem praktik pengobatan yang aman perlu dikembangkan dan dipelihara untuk memastikan bahwa pasien menerima pelayanan dan proteksi sebaik mungkin. Hal ini dikarenakan semakin bervariasinya obat-obatan dan meningkatnya jumlah dan jenis obat yang ditulis per pasien saat ini. Tanggung jawab seorang apoteker dan perawat dalam dispensing dan pemberian obat menjadi semakin berat akibat ketersediaan obat tertentu yang lebih banyak untuk suatu penyakit, waktu kadaluarsa obat yang semakin cepat, dan banyaknya jenis obat-obat baru yang tertulis pada resep. Penggunaan obat yang semakin meningkat dapat meningkatkan bahaya terjadinya kesalahan pengobatan. Masalah ini semakin serius karena kesalahan pengobatan merupakan pemicu terjadinya kecelakaan dalam rumah sakit, sehingga perlu dicari upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya kesalahan-kesalahan pengobatan tersebut.
Kesalahan pengobatan dapat terjadi pada masing-masing proses dari peresepan, mulai dari penulisan resep, pembacaan resep oleh apoteker, penyerahan obat sampai penggunaan obat oleh pasien. Sebuah studi di Yogyakarta (2010) terhadap sebuah rumah sakit swasta menunjukkan bahwa dari 229 resep , ditemukan 226 resep medication error. Dari 226 medication errors, 99.12% merupakan kesalahan peresepan, 3.02% merupakan kesalahan farmasetik dan 3.66% merupakan kesalahan penyerahan. Sebagian besar kesalahan peresepan merupakan akibat dari resep yang tidak lengkap. Kesalahan farmasetik meliputi overdosis atau dosis rendah yang inadekuat. Penyerahan obat meliputi preparasi obat yang tidak tepat dan pemberian informasi yang tidak lengkap sehingga pasien salah dalam menggunakan obat.

Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah (Cohen, 1991, Basse & Myers, 1998).Menurut Kepmenkes Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004,  Medication Error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah. Kerugian yang dialami pasien bisa bermacam-macam mulai dari kerugian dalam hal biaya bahkan sampai menyebabkan kematian.


Supervisi Farmasi Dead Stock Obat di Gudang Pusat Rumah Sakit


SUPERVISI PERBEKALAN FARMASI DEAD STOCK DI GUDANG PUSAT RUMAH SAKIT 


I.         PENDAHULUAN
Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi di rumah sakit sesuai persyaratan yang telah ditetapkan disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Tujuan dari manajemen penyimpanan obat adalah untuk melindungi obat-obat yang disimpan dari kehilangan, kerusakan, kecurian, terbuang sia-sia, dan untuk mengatur aliran barang dari tempat penyimpanan ke pengguna melalui suatu sistem yang terjangkau.
Penyimpanan merupakan suatu aspek penting dari sistem pengendalian obat menyeluruh. Pengendalian lingkungan yang tepat (yaitu : suhu, cahaya, kelembaban, kondisi sanitasi, ventilasi dan pemisahan) harus dipelihara apabila obat – obatan dan perlengkapan lainnya disimpan di rumah sakit. Penyimpanan perbekalan farmasi disesuaikan dengan persyaratan kondisi yang diminta untuk masing-masing barang dengan tujuan untuk menghindari kerusakan (menjaga stabilitas obat). Cara penyimpanan perbekalan farmasi dalam rak disusun menurut alfabetis, berdasarkan jenis sediaan, bentuk sediaan, sesuai sifat fisika kimianya (mengikuti petunjuk yg tertera pada kemasan), menurut farmakoterapi, sistem first in first out (FIFO)/first expire first out (FEFO) atau dengan kombinasi.
Perbekalan farmasi yang dead stockadalah item persediaan obat dan alat kesehatan di gudang yang tidak mengalami transaksi/pengeluaran  dalam  waktu  minimal 3 bulan.Supervisi dead stockmerupakan salah salah satu pengelolaanproblem obat yang bermutu kepada pasien yang meliputi kegiatan  pemeriksaan untuk menjamin tercapainya suatu tujuan dalam hal ini meminimalkan adanya stock macet terhadap persediaan obat sehingga dapat menjamin mutu persediaan seminimal mungkin tidak digunakan terkait dengan munculnya stock macet danpada akhirnya persediaan tersebut seminimal mungkin terhindar dari Expired Date (ED).
.
II.   TUJUAN
Untuk mengetahui obat-obatyang mengalamidead stockdi Gudang Pusat Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo.

III.   METODE
Mengumpulkan data berupa nama item obat dan alkes yang tidak mengalami pengeluaran minimal selama 3 bulan yangada pada setiap ruang penyimpanandi Gudang Pusat Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo.Langkah-langkah pengambilan data perbekalan farmasi yang dead stock  adalahsebagai berikut:
1.  Mencatat setiap nama itemobatdan alkes yang telah dead stock, meliputi: nama obat, jenis (askes (paten dan generik) /umum (paten dan generik), tanggal terakhir keluar, jumlah sisa obat dan satuan.
2.  Memasukkan data – data tersebut ke dalam komputer,
3.  Menghitung persentase data item obat yang telah diperoleh dengan menggunakan rumus:
x 100%
Total item obat dead stock
Total item obat di gudang farmasi
 

% Obat Dead Stock    =


IV.   HASIL
Berdasarkan hasil penelitian terhadap supervisi perbekalan farmasi yang mengalami dead stockdi Gudang Pusat Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo, diperoleh data sebagai berikut :
1.   Obat Askes Generik
Dari semua item obat Askes Generik yang terdapat di Gudang PusatRumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo,telah ditemukan beberapa obat yang telah Dead Stock, yaitu sebanyak 17 item obat dari total item 178 obat dengan persentase 9,55 %.
2.   Obat Askes Paten
Dari semua item obat Askes Patenyang terdapat di Gudang PusatRumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo,telah ditemukan beberapa obat yang telah Dead Stock,yaitu sebanyak 24 item obadari total item 535 obat dengan persentase 4,49%.
3.    Obat Umum Generik
Dari semua item obat Umum Generikyang terdapat di Gudang PusatRumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo,telah ditemukan beberapa obat yang telah Dead Stock, yaitu sebanyak 7 item obat dari total item 260 obatdengan persentase 2,69%.
4.    Obat Umum Paten
Dari semua item obat Umum Patenyang terdapat di Gudang PusatRumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo,telah ditemukan beberapa obat yang telah Dead Stock, yaitu sebanyak 79 item obat dari total item 1204 obatdengan persentase 6,56%.
5.   Alkes
Dari semua item alkes yang terdapat di Gudang PusatRumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo,telah ditemukan beberapa alkes yang telah Dead Stock, yaitu sebanyak 112 item obat dari total item 608 obat dengan persentase 18,42%.

V.      PEMBAHASAN
Pengelolaan perbekalan farmasi di RS merupakan suatu aspek yang penting, oleh karena ketidakefisiensinya dapat memberi dampak yang negatif terhadap RS baik secara medis maupun ekonomis.Penyimpanan perbekalan farmasi di Gudang PusatRumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo dengan menggunakan metode penyimpanan berdasarkan jenis obat (paten dan generik), bentuk sediaan, dan FIFO/FEFO.
Berdasarkan data yang diperoleh di gudang pusat, masihditemukan beberapa perbekalan farmasi yang mengalamidead stock.Adanya perbekalan farmasi yang telah dead stockmenunjukkan bahwa perlu dilakukannya pengecekan kembali perbekalan farmasi secara rutin. Tujuan dilakukannya pengecekan tersebut adalah untuk mengurangi presentase dead stock sehingga kerugian terhadap rumah sakit dapat diatasi.
Untuk mengurangi banyaknya perbekalan farmasi yang mengalami dead stockmaka obat–obat yang mengalami dead stock perlu diberi tanda “Dead Stock” agar memudahkan untuk dilakukan pendataan. Jumlah item obatyang dead stocktersebut dapat dikurangi dengan mengkomunikasikan secara aktif kepada dokter agar meresepkan item obatyang dead stock.Jika item obat yang mengalami dead stock tidak bisa dimanfaatkan lagi oleh dokter hingga tiba masa kadaluarsa maka obat tersebut disimpan di ruang khusus untuk selanjutnya dilaksanakan pemusnahan atau dengan melakukan return obat kepada industri farmasi melalui PBF. Perbekalan farmasi yangdead stock akan menjadi kerugian bagi rumah sakit bila tidak segera dikelola dengan baik dan hal ini juga menunjukkan bahwa terjadi kemacetan dalam pendistribusian perbekalan farmasi di rumah sakit tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh, presentase dead stock paling besar yaitu pada alat kesehatan dengan nilai presentase sebesar 18,42%. Hal ini disebabkan karena tidak semua pasien yang masuk Rumah Sakitmenggunakan alat kesehatan sehingga stock alat kesehatan banyak yang mengalami dead stock dibanding dengan stock obat-obatan.




VI.   KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
1.   Obat askes generik yang telah Dead Stock, yaitu sebanyak 17 item obat dari total item 178 obat dengan persentase 9,55%.
2.    Obat askes paten yang telah Dead Stock,yaitu sebanyak 24 item obat dari total item 535 obat dengan persentase 4,49%.
3.   Obat umum generik yang telah Dead Stock, yaitu sebanyak 7 item obat dari total item 260 obatdengan persentase 2,692%.
4.   Obat umum paten yang telah Dead Stock, yaitu sebanyak 79 item obat dari total item 1204 obatdengan persentase 6,56%.
5.   Alkes yang telah Dead Stock, yaitu sebanyak 112 item obat dari total item 608 obat dengan persentase 18,42%.
B.     Saran
1.   Dilakukan pemeriksaansecara rutin dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan mengenai stok perbekalan farmasi untuk mencegah Dead Stock dan slow moving.
2.   Diberikan penandaan yang terlihat terhadap obat – obat yang mengalami Dead Stock.
3.   Dilakukan evaluasi metode perencanaan persediaan obat.
4.   Penambahan SDM di gudang/Pelayanan SFdimanajobdescription nya khusus pengelola stock.