| Gudang artikel

Sistem penyimpanan obat di Gudang Farmasi

Kamis, 19 Juli 2018

Kegiatan-kegiatan penyimpanan meliputi pengaturan tata ruang dan penyusunan stok, pengamanan mutu obat, pencatatan mutu obat, dan Expired Date. Tata ruang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efisiensi dan efektifitas kegiatan-kegiatan dalam pelayanan perbekalan farmasi. Sistem penyimpanan barang di Gudang Farmasi dikelompokkan sesuai dengan jenis persediaan, sifat fisika dan kimia, diurutkan sesuai dengan abjad, kemudian diletakkan berdasarkan FIFO (First In First Out), dan FEFO (First Expired First Out).
Ruang penyimpanan terbagi menjadi beberapa kategori yaitu :
1)   Suhu kamar (>25oC), seperti sediaan padat atau oral dan alkes.
2)   Suhu sejuk (15o – 25oC), pada ruangan AC seperti beberapa sediaan injeksi, tetes mata, tetes telinga, salep mata


3)   Suhu dingin (2o – 8oC), pada almari pendingin seperti obat sitotoksik, sediaan suppositoria, insulin dan serum.
4)   Tempat penyimpanan khusus;
a)    Kelompok narkotika dan psikotropika.
b)   Kelompok infus, desinfektan, cairan hemodialisa, alat kedokteran dan alat perawatan.
c)    Kelompok bahan berbahaya mudah terbakar (B3 mudah terbakar).
d)   Kelompok bahan baku.
e)    Kelompok bahan radiologi seperti film rontgen disimpan pada tempat yang gelap/terlindung dari sinar matahari.
Ruang penyimpanan dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan yang ditentukan yaitu : memiliki ventilasi yang cukup, suhu yang sesuai, tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang dapat berakibat meningkatkan suhu ruangan, larangan merokok dalam ruangan dan memiliki kelengkapan alat pemadam kebakaran. Cara penyimpanan perbekalan farmasi dalam rak disusun secara alfabetis, golongan obat dan berdasarkan jenis sediaannya.
Sistem penyimpanan yang digunakan adalah sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired Date First Out). Barang-barang yang mudah terbakar maupun bahan beracun dan berbahaya (B3), penyimpanannya harus disertai dengan MSDS dari pabrik yang bersangkutan. Pencatatan barang yang disimpan dilakukan pada kartu stok yang berisi keterangan tentang nama barang, kemasan/isi, nomor batch, tanggal, asal, jumlah masuk, jumlah keluar dan sisa barang. Penyimpanan sediaan psikotropika dan narkotika dilakukan dalam lemari khusus yang terkunci.
1.      Satelit Farmasi Rawat Jalan
Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) merupakan revenue center bagi rumah sakit, sehingga efektivitas dan efisiensi pengelolaan aset merupakan hal yang sangat penting bagi rumah sakit. Satelit Farmasi di Rumah Sakit Margono Soekarjo (RSMS) terbagi atas beberapa bagian, salah satu di antaranya adalah Sub Satelit Farmasi Rawat Jalan, yang bertanggung jawab atas pelayanan kefarmasian terhadap pasien rawat jalan di RSMS, yang kemudian dibagi lagi menjadi dua Satelit Farmasi (SF), yaitu SF Rawat Jalan Umum dan SF Rawat Jalan ASKES.
Salah satu tugas dari Satelit farmasi sebagai unit pelayanan yaitu melakukan pelayanan resep yang mencakup penerimaan resep bagi pasien rawat jalan maupun rawat inap dengan memastikan penyerahan obat yang tepat pada penderita. Hal ini dilakukan untuk memastikan keamanan penggunaan obat untuk pasien. SF Rawat Jalan Umum bertugas melayani resep dari pasien umum (bayar sendiri), sedangkan SF Rawat Jalan ASKES memberikan pelayanan kefarmasian kepada pasien peserta ASKES dan JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan Masyarakat) yang telah diperiksa di poliklinik yang ada di RSMS, meliputi poliklinik penyakit dalam, bedah, anak, mata, jantung, syaraf, paru, THT, gigi, kebidanan dan kesehatan jiwa.
Satelit farmasi rawat jalan umum dipisahkan dari satelit farmasi rawat jalan ASKES bertujuan untuk mempermudah dalam hal administrasi dan mempersingkat waktu dalam memberikan pelayanan obat kepada pasien. Pelayanan kefarmasian di Satelit Farmasi Rawat Jalan melibatkan pelaksana farmasi, pelaksana logistik dan pelaksana administrasi. Pelaksana farmasi bertanggung jawab dalam penerimaan resep, peracikan dan penyerahan obat. Pelaksana logistik bertugas dalam melaksanakan kegiatan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat serta peralatan penunjang pelayanan farmasi. Pelaksana administrasi bertugas melaksanakan kegiatan administrasi untuk mendukung fungsi manajemen di SF Rawat Jalan. Kegiatan administrasi yang dilakukan meliputi pencatatan dan pendokumentasian kegiatan yang telah dikerjakan dalam pelayanan kefarmasian di SF Rawat Jalan.

Definisi penyakit paru paru PNEUMONIA

Rabu, 18 Juli 2018

PNEUMONIA

DEFINISI
Pneumonia adalah infeksi jaringan paru-paru yang disebabkan oleh sejumlah bakteri yang berbeda, virus, parasit, dan jamur, yang mengakibatkan peradangan pada parenkim paru-paru dan akumulasi dari eksudat inflamasi di saluran udara. Infeksi biasanya dimulai di alveoli, dengan penyebaran sekunder untuk interstitium, sehingga konsolidasi dan pertukaran gas terganggu. Infeksi juga dapat meluas ke rongga pleura, menyebabkan pleurisy (radang pleura, ditandai dengan nyeri pada inspirasi). 

ETIOLOGI 
Meskipun kemajuan teknologi dalam diagnosis, penyebab tertentu tidak diidentifikasi dalam sebanyak 50% kasus pneumonia. Bahkan dalam kasus-kasus di mana diagnosis mikrobiologis dibuat, biasanya ada penundaan beberapa hari sebelum patogen dapat diidentifikasi dan kerentanan antibiotik ditentukan. Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat luar negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif, sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob. Bakteri penyebab pneumonia masyarakat bervariasi oleh penyakit penyerta dan keparahan infeksi paru


PATOGENESIS 
Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru. Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi ketidak seimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit. Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran napas. 

Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai paru-paru : 
1. Penghirupan langsung dari tetesan pernapasan infeksius 
2. Penyebaran melalui pembuluh darah 
3. Inhalasi bahan aerosol 
4. Kolonisasi dipermukaan mukosa 

Mekanisme pertahanan paru udara yang masuk dengan partikulat tersuspensi dikenakan turbulensi di bagian hidung dan kemudian perubahan mendadak dalam arah aliran udara sebagai dialihkan melalui faring dan sepanjang cabang-cabang pohon trakeobronkial. Partikel yang lebih besar dari 10 mm terjebak dalam hidung atau faring, mereka dengan diameter 2-9 mm yang disimpan pada selimut mukosiliar, hanya partikel yang lebih kecil mencapai alveoli. Micobacterium tuberculosis dan Legionella pneumophila adalah contoh dari bakteri yang disimpan secara langsung di saluran udara lebih rendah melalui inhalasi partikel udara kecil. Bakteri terjebak di saluran udara bagian atas dapat menjajah orofaring dan kemudian diangkut ke paru-paru baik oleh "microaspiration" atau dengan aspirasi terang-terangan melalui epiglotis terbuka (misalnya, pada pasien yang kehilangan kesadaran setelah konsumsi alkohol yang berlebihan). Epitel pernapasan memiliki sifat khusus untuk melawan infeksi. Sel epitel ditutupi dengan mengalahkan silia diselimuti oleh lapisan lendir. Setiap sel memiliki sekitar 200 silia yang mengalahkan sampai 500 kali / menit, memindahkan lapisan lendir ke atas menuju laring. Lendir itu sendiri mengandung senyawa antimikroba seperti lisozim dan IgA sekretori antibodi. Perokok kronis mengalami penurunan kliren mukosiliar sekunder untuk kerusakan silia dan harus, karena itu, lebih mengandalkan pada refleks batuk untuk membersihkan material yang disedot, sekresi berlebihan, dan benda asing. Bakteri yang mencapai bronkiolus terminal, saluran alveolar, dan alveoli yang aktif terutama oleh makrofag alveolar dan neutrofil. Opsonisasi dari mikroorganisme oleh komplemen dan antibodi meningkatkan fagositosis oleh sel-sel. 

Penurunan pada setiap tingkat pertahanan tuan rumah meningkatkan risiko mengembangkan pneumonia. Anak-anak dengan fibrosis kistik memiliki cacat aktivitas silia dan rentan untuk mengembangkan infeksi sinopulmonary berulang, terutama dengan aureus S dan P aeruginosa. Pasien dengan neutropenia, baik diperoleh atau bawaan, juga rentan terhadap infeksi paru-paru dengan bakteri gram negatif dan jamur. Antigenik stimulasi sel T menyebabkan produksi limfokin yang mengaktifkan makrofag dengan aktivitas bakterisida ditingkatkan. Pasien terinfeksi HIV telah habis jumlah CD4 T dan pra-dibuang ke berbagai infeksi bakteri (termasuk mikobakteri) dan jamur. 

MANIFESTASI KLINIK 
Kebanyakan pasien dengan pneumonia mengalami demam, batuk, takipnea dan takikardia. Manifestasi paru yang dapat memberikan petunjuk kepada agen etiologi termasuk faringitis (Chlamydia pneumoniae), eritema nodosum ruam (infeksi jamur dan mikobakteri), dan diare (Legionella). 

DIAGNOSIS 

1. Gambaran klinis 

a. Anamnesis 

Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi 40ᵒC, batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada. 

b. Pemeriksaan fisik 

Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas,pasa palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi. 

2. Pemeriksaan penunjang 

a. Gambaran radiologis 

Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan " air broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisialserta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus. 

b. Pemeriksaan labolatorium 

Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.

Contoh pertanyaan saat akreditasi kepada kepala Farmasi dan Apoteker


Contoh pertanyaan saat akreditasi kepada kepala Farmasi

1. Jelaskan bagaimana proses pengadaan obat di RS (MPO 2)
2. Apa yang dilakukan kalau obat tidak ada dalam formularium (MPO 2 )
3. Bagaimana cara mengatasi obat yang diminta dokter tidak tersedia ( MPO 2)
4. Bagaimana instalasi mengawasi obat – obat yang disimpan didalam dan diluar instalasi farmasi (MPO 2 )
5. Ceritakan cara mengidentifikasi obat-obat LASA (MPO 2)
6. Bagaimana saudara memastikan bahwa staf memahami identifikasi obat LASA (MPO 2)
7. Bagaimana penyimpanan dan pelabelan obat untuk menjamin keamanan obat (MPO 2)

Contoh pertanyaan seputar akreditasi terhadap Apoteker :

1. Tolong di jelaskan bagaimana proses telaah resep / order yg diterima farmasi (MPO 2.1)

2. Bagaimana saudara melakukan stok opname dikaitkan dgn obat kadaluarsa (MPO 2.2)

3. Apa tindakan staf mengatasi bila obat tidak tersedia (MPO 2.2)

4. Bagaimana memastikan bahwa obat disimpan di kulkas sudah sesuai dengan kondisi stabilisasi produk (MPO 3)

5. Bagaimana memastikan obat narkotik disimpan, digunakan dan dilaporkan sesuai dgn peraturan yang berlaku ( MPO 3)

6. Bagaimana memastikan obat emergency tersimpan dgn baik dan mudah di akses (MPO 3)

7. Bagaimana memastikan obat high alert dan high risk di simpan dalam container yg berbeda (MPO 3)

8. Jelaskan cara monitoring dan pelaporan efek samping dan alergi terhadap obat

9. Bagaimana penyimpanan dan pengendalian obat sample (MPO.3.3) dan bagaimana anda memastikan bahwa semua obat disimpan sesuai kebijakan yang ditetapkan RS (MPO.3.4)

10. Bagaimana proses telaah obat (MPO.6.1)
11. Apabila tempat dan fasilitas penyimpanan sempit/ terbatas alternatif apa yang dapat dilakukan , dengan tetap menjamin keamanan

12. Bagaimana dan dimana persiapan pencampuran obat IV ?

13. Bagaimana dan dimana penyampuran obat kemoterapi ?


Sistem Pelayanan Satelit Farmasi Gawat Darurat ( SFGD ) Di Rumah Sakit

Senin, 16 Juli 2018

Satelit Farmasi Gawat Darurat dikelola Instalasi farmasi rawat inap oleh lima orang Asisten Apoteker (AA) yang dipimpin oleh satu orang AA senior, di bawah pengawasan Apoteker Kepala Sub Instalasi Farmasi Rawat Inap. Satelit Farmasi ini berfungsi sebagai penunjang pelayanan kesehatan dalam hal penyediaan obat dan alat kesehatan, terutama obat-obat penyelamat hidup (life saving drugs), selama 24 jam setiap hari termasuk hari libur. Satelit Farmasi Gawat Darurat juga melayani resep dari satelit farmasi lainnya di luar jam pelayanan (IRNA, IRJA, BS, dan HD) sehingga juga menyediakan obat-obatan dan alat kesehatan pada umumnya. Pelayanan di Satelit Farmasi Gawat darurat dibagi menjadi 3 shift yaitu:
a)             Shift pagi                      : pukul 07.00 – 14.00 WIB
b)             Shift siang        :           :pukul 14.00 – 21.00 WIB
c)             Shift malam      : pukul 21.00 – 07.00 WIB
Masing–masing AA bertugas secara bergantian sesuai dengan jadwal shiftnya, setelah 3 hari bertugas ada libur selama 1 hari (Sistem 3-1). Adapun tugas dan tanggung jawab AA di Satelit Farmasi Gawat Darurat, adalah memberikan pelayanan dan penyediaan kebutuhan perbekalan farmasi di satelit farmasi  selama 24 jam yang meliputi :
1)             Mengecek dan mengontrol persediaan obat dan alkes, mencatat obat keluar masuk dalam kartu stock.
2)             Meng-entry data pemakaian obat dan alat kesehatan yang dilayani ke Sistem Informasi Manajemen (SIM).
3)             Memberi harga perbekalan farmasi pada kartu obat pasien dan membuat kuitansi pembayaran untuk obat-obat di luar ASKES yang membutuhkan pembayaran.
4)             Melayani dan menyediakan obat dan alat kesehatan untuk kebutuhan di IGD.
5)             Melayani pengambilan obat untuk pasien rawat inap di luar jam pelayanan apotek rawat inap.
6)             Menyiaan paket hemodialisa.
7)             Memeriksa kelengkapan obat-obatan dan alat kesehatan untuk shift berikutnya dan diberitahukan kepada petugas jaga shift berikutnya.
8)             Melakukan pengecekan perbekalan farmasi yang hampir habis dan membuat surat permintaan ke gudang farmasi, juga melakukan pengecekan bila barang datang sebelum disimpan.
9)             Mengisi obat yang siap saji dari gudang bufer.
10)         Melakukan pengecekan obat-obat yang hampir kadaluarsa untuk selanjutnya dikirim kembali ke gudang.
11)         Mengecek penggunaan dan melakukan pengisian kembali obat floor stock di VK (kebidanan) dan OK (operasi) IGD bekerja sama dengan paramedis di IGD.
12)         Menyelesaikan laporan dan administrasi lain untuk mengontrol keadaan perbekalan farmasi dan bagaimana distribusinya, serta menjamin kualitas pelayanan.
13)Melaporkan apabila menemui kesulitan dalam pelayanan Satelit Farmasi Gawat Darurat kepada Apoteker jaga atau Instalasi Farmasi untuk dicari jalan keluarnya.
14)Mentransfer informasi yang penting kepada petugas jaga berikutnya jika memerlukan tindakan lanjutan
15)Mencatat pemakaian obat narkotik dalam kartu penyerahan narkotik.

a.     Pengelolaan Perbekalan Farmasi SFGD
1)     Persediaan perbekalan farmasi
Persediaan obat dan alat kesehatan di Satelit Farmasi Gawat Darurat menggunakan surat permintaan barang ke gudang farmasi berdasarkan kebutuhan SFGD, dan dilakukan setiap waktu tergantung pada kebutuhan SFGD. Persediaan obat-obatan dan alkes yang menipis dicatat dalam buku defecta pada setiap akhir jaga. Selanjutnya dibuat surat permintaan barang dan keesokan harinya barang sudah dapat diterima dari gudang. Obat dan alat kesehatan yang datang dicek oleh AA yang bertugas untuk mengontrol barang yang datang sesuai dengan permintaan. Penyimpanan dilakukan di tempat yang berfungsi sebagai buffer stock. Jumlah barang yang masuk dicatat di kartu stok obat. Permintaan cito dilakukan jika stok obat dan alat kesehatan di buffer stock Satelit Farmasi Gawat Darurat sudah tidak tersedia lagi.
Obat dan alat kesehatan life saving  harus disediakan di setiap ruang tindakan emergency. Tata laksana pengadaannya sebagai berikut :
a)    Penanganan pasien emergency di SFGD, petugas kesehatan mengambil obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan di Satelit Farmasi Gawat Darurat dan mencatatnya dalam kartu obat.
b)   Obat dan alat kesehatan ditempatkan diruangan dengan susunan yang sudah ditentukan.
c)    Petugas melakukan rekapitulasi pemakaian obat setiap penggunaan obat dan alat kesehatan.
d)   Dokumentasi setiap pemakaian obat dicatat dalam buku permintaan.

2)          Penyimpanan
Satelit Farmasi Gawat Darurat  memiliki dua tempat penyimpanan untuk obat dan alat kesehatan yang baru datang dari gudang farmasi. Obat dan alat kesehatan diletakkan di tempat yang langsung dipakai untuk obat yang hampir habis dan tempat penyimpanan lainnya adalah di buffer stock.
Sistem penyimpanan obat berdasarkan dua katagori pasien yaitu pasien umum dan pasien askes dibedakan berdasarkan kartu obat yang gunakan pasien. Kartu obat berwarna putih untuk pasien katagori askes dan kartu obat berwarna kuning dan hijau untuk pasien katagori umum (jamkesmas dan umum).
Obat minum atau per oral ditempatkan dalam almari sedangkan obat injeksi dan alat kesehatan ditempatkan dalam rak-rak. Khusus untuk obat-obat narkotik disimpan dalam almari khusus narkotik. Obat yang stabil pada suhu kamar dan alat kesehatan dimasukkan dalam wadah dan diberi label nama barang di bagian depannya. Pemberian nama obat injeksi dan alat kesehatan diurutkan secara alfabetis sedangkan untuk obat minum diurutkan berdasarkan alfabetis dan kelas terapi. Obat-obat yang tidak stabil pada suhu kamar disimpan dalam lemari es, misalnya ATS (Anti Tetanus Serum), heparin, ABU (Anti Bisa Ular), imunoglobulin, albumin, insulin, pentotal, tramadol, suppositoria dan lain-lain. Penyimpanan infus ditempatkan pada rak tersendiri dan diberi label yang jelas untuk menghindari kesalahan pengambilan. Semua obat dan alat kesehatan didistribusikan dengan sistem FIFO (First In First Out) sehingga penyimpanannya menyesuaikan sistem tersebut.

3)      Distribusi
Dalam pemilihan metode distribusi obat di SFGD ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, antara lain:
a)    pelayanan kesehatan di SFGD
b)   Cakupan Jumlah pasien yang dilayani di SFGD
c)    Cakupan tindakan medik yang dilakukan di SFGD, terutama tindakan operatif
d)   Jumlah tenaga medis maupun non medis di SFGD
e)    Alur pelayanan pasien.
Sistem distribusi obat dan alat kesehatan di Satelit Farmasi Gawat Darurat RSMS:
a)         Sistem individual prescribing.
             Sistem ini diterapkan untuk :
(1)      Pasien IGD yang kondisinya baik dan diperbolehkan pulang (rawat jalan), maka keluarga pasien akan membawa resep dari dokter ke Satelit Farmasi Gawat Darurat.
(2)      Pasien IGD yang mendapatkan tindakan, maka dokter meresepkan obat dan alat kesehatan yang diperlukan.
(3)      Pembedahan minor, misalnya lecet atau tergores, biopsy kulit dan circum section.
(4)      Selain life saving drug dan obat atau alkes bedah minor, juga melayani paket Obat atau alkes untuk Hemodialisa.

b)        Sistem Floor stock
                      Sistem ini diterapkan untuk kamar operasi minor, kamar operasi mayor, VK IGD, ruang resusitasi dan ruang pemulihan. Yang termasuk dalam sistem ini adalah emergency kit berupa troli berisi ECG di ruang resusitasi, nebulizer di ruang infeksius dan Sphygmomanometer di ruang pemulihan dan ruang operasi minor. Floor stock berupa kapas, gunting kasa, kasa, perhidrol, lysol tersedia di ruang operasi minor dan mayor.

c)                        Kombinasi floor stock dan individual prescribing
Sistem ini dikenal dengan sistem paket yang diterapkan untuk tindakan operasi yang sering dilakukan di IGD. Keuntungan penerapan sistem ini dapat meminimalkan kehilangan obat maupun alat kesehatan, karena obat-obat yang telah dipakai ditulis di kartu obat sedangkan obat sisa dikembalikan. Obat dan alat kesehatan yang digunakan untuk operasi disiapkan dalam satu paket menggunakan wadah khusus, ini yang dimaksud dengan sistem floor stock-nya, sedangkan sistem individual prescribing-nya adalah ketika dokter meminta paket ke Satelit Farmasi Gawat Darurat melalui perawat. Terdapat 4 macam paket di Satelit Farmasi Gawat Darurat sesuai dengan jenis operasi yaitu paket laparotomy, craniotomy, sectio cesaria.

d.   Pelayanan Resep di SFGD
Komitmen pelayanan obat di IGD yakni pasien telah memperoleh obat maksimal dalam 5 menit. Tujuan komitmen ini adalah agar pasien mendapat obat dan alat kesehatan dalam jumlah dan waktu yang tepat terutama obat live saving.
Ruang lingkup pelayanan meliputi pelayanan obat dan alat kesehatan di instalasi farmasi gawat darurat. Kebijakan dalam distribusi dan penyerahan obat serta alat kesehatan dilaksanakan secara tepat kepada pasien umum dan pasien peserta ASKES yang membutuhkan selama 24 jam. Untuk pasien yang sedang diobservasi di Gawat Darurat :    
1)             Petugas IGD meminta obat injeksi dan alat kesehatan untuk pasien di Satelit Farmasi Gawat Darurat. Obat yang diminta disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
2)             Petugas IGD mengambil perbekalan yang dibutuhkan kemudian mencatat semua perbekalan farmasi sesuai dengan jenis dan jumlahnya ke dalam kartu obat pasien.
3)             Petugas farmasi melakukan entry resep di komputer dan menuliskan harga.
4)             Petugas farmasi melakukan rekapitulasi ketika pasien akan dirawat di ruang rawat inap.

Untuk pasien yang dioperasi di OK IGD :
1)             Pelayanan perbekalan farmasi di OK IGD untuk pasien yang akan dioperasi menggunakan sistem paket
2)             Petugas OK IGD mengajukan permintaan paket perbekalan farmasi sesuai dengan jenis operasi
3)             Setelah selesai operasi petugas OK IGD mengembalikan paket perbekalan farmasi ke Satelit Farmasi Gawat Darurat.
4)             Petugas satelit farmasi memeriksa dan menghitung kembali jumlah perbekalan farmasi yang telah digunakan dan sisanya
5)             Perbekalan farmasi yang telah digunakan di-entry ke dalam komputer.

Untuk pasien yang diperbolehkan pulang di Gawat Darurat :
1)             Menerima resep gawat darurat
2)             Memeriksa kelengkapan resep, yaitu; nama pasien, nomor rekam medik, alamat pasien, umur pasien, nama dokter penulis resep, asal poliklinik
3)             Melakukan entry data di komputer
4)             Mengkonfirmasikan harga obat kepada pasien, dan bila pasien menyetujui harga obat tersebut ditulis di resep
5)              Pasien melakukan proses pembayaran di kasir.
6)             Mengisi obat (dispensing) sesuai dengan jenis sediaan ke dalam wadah obat/plastik, untuk obat non racikan
7)             Memasukkan obat tersebut ke dalam wadah obat/plastik yang telah disediakan
8)             Melakukan pemeriksaan kesesuaian obat yang telah di dispensing dengan permintaan dalam resep, yaitu;
a)              Identitas pasien
b)             Asal resep (poliklinik)
c)              Nama obat
d)             Jenis sediaan obat
e)              Jumlah obat
f)              Aturan pakai obat dalam etiket
9)             Memanggil pasien/keluarganya serta memastikan identitas pasien sudah benar
10)         Menyerahkan obat yang telah diperiksa kepada pasien/keluarganya
11)         Memberikan informasi yang tepat dan secukupnya.
Prosedur penggunaan paket obat dan alkes di IGD :
ü   Menulis di kartu obat anastesi obat-obat dan alkes yang telah digunakan seperlunya, kemudian masukkan sisa obat dan alkes ke dalam box. Bila obat dalam bentuk sediaan ampul maka sisa obat dimasukkan ke dalam spuit kemudian ditulis nama obat dan dosisnya.
ü   Menutup rapat box, kemudian kirim kembali box ke apotek SFGD beserta kartu obatnya untuk segera diselesaikan administrasinya.