| Gudang artikel

Sistem Pelayanan Satelit Farmasi Gawat Darurat ( SFGD ) Di Rumah Sakit

Senin, 16 Juli 2018

Satelit Farmasi Gawat Darurat dikelola Instalasi farmasi rawat inap oleh lima orang Asisten Apoteker (AA) yang dipimpin oleh satu orang AA senior, di bawah pengawasan Apoteker Kepala Sub Instalasi Farmasi Rawat Inap. Satelit Farmasi ini berfungsi sebagai penunjang pelayanan kesehatan dalam hal penyediaan obat dan alat kesehatan, terutama obat-obat penyelamat hidup (life saving drugs), selama 24 jam setiap hari termasuk hari libur. Satelit Farmasi Gawat Darurat juga melayani resep dari satelit farmasi lainnya di luar jam pelayanan (IRNA, IRJA, BS, dan HD) sehingga juga menyediakan obat-obatan dan alat kesehatan pada umumnya. Pelayanan di Satelit Farmasi Gawat darurat dibagi menjadi 3 shift yaitu:
a)             Shift pagi                      : pukul 07.00 – 14.00 WIB
b)             Shift siang        :           :pukul 14.00 – 21.00 WIB
c)             Shift malam      : pukul 21.00 – 07.00 WIB
Masing–masing AA bertugas secara bergantian sesuai dengan jadwal shiftnya, setelah 3 hari bertugas ada libur selama 1 hari (Sistem 3-1). Adapun tugas dan tanggung jawab AA di Satelit Farmasi Gawat Darurat, adalah memberikan pelayanan dan penyediaan kebutuhan perbekalan farmasi di satelit farmasi  selama 24 jam yang meliputi :
1)             Mengecek dan mengontrol persediaan obat dan alkes, mencatat obat keluar masuk dalam kartu stock.
2)             Meng-entry data pemakaian obat dan alat kesehatan yang dilayani ke Sistem Informasi Manajemen (SIM).
3)             Memberi harga perbekalan farmasi pada kartu obat pasien dan membuat kuitansi pembayaran untuk obat-obat di luar ASKES yang membutuhkan pembayaran.
4)             Melayani dan menyediakan obat dan alat kesehatan untuk kebutuhan di IGD.
5)             Melayani pengambilan obat untuk pasien rawat inap di luar jam pelayanan apotek rawat inap.
6)             Menyiaan paket hemodialisa.
7)             Memeriksa kelengkapan obat-obatan dan alat kesehatan untuk shift berikutnya dan diberitahukan kepada petugas jaga shift berikutnya.
8)             Melakukan pengecekan perbekalan farmasi yang hampir habis dan membuat surat permintaan ke gudang farmasi, juga melakukan pengecekan bila barang datang sebelum disimpan.
9)             Mengisi obat yang siap saji dari gudang bufer.
10)         Melakukan pengecekan obat-obat yang hampir kadaluarsa untuk selanjutnya dikirim kembali ke gudang.
11)         Mengecek penggunaan dan melakukan pengisian kembali obat floor stock di VK (kebidanan) dan OK (operasi) IGD bekerja sama dengan paramedis di IGD.
12)         Menyelesaikan laporan dan administrasi lain untuk mengontrol keadaan perbekalan farmasi dan bagaimana distribusinya, serta menjamin kualitas pelayanan.
13)Melaporkan apabila menemui kesulitan dalam pelayanan Satelit Farmasi Gawat Darurat kepada Apoteker jaga atau Instalasi Farmasi untuk dicari jalan keluarnya.
14)Mentransfer informasi yang penting kepada petugas jaga berikutnya jika memerlukan tindakan lanjutan
15)Mencatat pemakaian obat narkotik dalam kartu penyerahan narkotik.

a.     Pengelolaan Perbekalan Farmasi SFGD
1)     Persediaan perbekalan farmasi
Persediaan obat dan alat kesehatan di Satelit Farmasi Gawat Darurat menggunakan surat permintaan barang ke gudang farmasi berdasarkan kebutuhan SFGD, dan dilakukan setiap waktu tergantung pada kebutuhan SFGD. Persediaan obat-obatan dan alkes yang menipis dicatat dalam buku defecta pada setiap akhir jaga. Selanjutnya dibuat surat permintaan barang dan keesokan harinya barang sudah dapat diterima dari gudang. Obat dan alat kesehatan yang datang dicek oleh AA yang bertugas untuk mengontrol barang yang datang sesuai dengan permintaan. Penyimpanan dilakukan di tempat yang berfungsi sebagai buffer stock. Jumlah barang yang masuk dicatat di kartu stok obat. Permintaan cito dilakukan jika stok obat dan alat kesehatan di buffer stock Satelit Farmasi Gawat Darurat sudah tidak tersedia lagi.
Obat dan alat kesehatan life saving  harus disediakan di setiap ruang tindakan emergency. Tata laksana pengadaannya sebagai berikut :
a)    Penanganan pasien emergency di SFGD, petugas kesehatan mengambil obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan di Satelit Farmasi Gawat Darurat dan mencatatnya dalam kartu obat.
b)   Obat dan alat kesehatan ditempatkan diruangan dengan susunan yang sudah ditentukan.
c)    Petugas melakukan rekapitulasi pemakaian obat setiap penggunaan obat dan alat kesehatan.
d)   Dokumentasi setiap pemakaian obat dicatat dalam buku permintaan.

2)          Penyimpanan
Satelit Farmasi Gawat Darurat  memiliki dua tempat penyimpanan untuk obat dan alat kesehatan yang baru datang dari gudang farmasi. Obat dan alat kesehatan diletakkan di tempat yang langsung dipakai untuk obat yang hampir habis dan tempat penyimpanan lainnya adalah di buffer stock.
Sistem penyimpanan obat berdasarkan dua katagori pasien yaitu pasien umum dan pasien askes dibedakan berdasarkan kartu obat yang gunakan pasien. Kartu obat berwarna putih untuk pasien katagori askes dan kartu obat berwarna kuning dan hijau untuk pasien katagori umum (jamkesmas dan umum).
Obat minum atau per oral ditempatkan dalam almari sedangkan obat injeksi dan alat kesehatan ditempatkan dalam rak-rak. Khusus untuk obat-obat narkotik disimpan dalam almari khusus narkotik. Obat yang stabil pada suhu kamar dan alat kesehatan dimasukkan dalam wadah dan diberi label nama barang di bagian depannya. Pemberian nama obat injeksi dan alat kesehatan diurutkan secara alfabetis sedangkan untuk obat minum diurutkan berdasarkan alfabetis dan kelas terapi. Obat-obat yang tidak stabil pada suhu kamar disimpan dalam lemari es, misalnya ATS (Anti Tetanus Serum), heparin, ABU (Anti Bisa Ular), imunoglobulin, albumin, insulin, pentotal, tramadol, suppositoria dan lain-lain. Penyimpanan infus ditempatkan pada rak tersendiri dan diberi label yang jelas untuk menghindari kesalahan pengambilan. Semua obat dan alat kesehatan didistribusikan dengan sistem FIFO (First In First Out) sehingga penyimpanannya menyesuaikan sistem tersebut.

3)      Distribusi
Dalam pemilihan metode distribusi obat di SFGD ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, antara lain:
a)    pelayanan kesehatan di SFGD
b)   Cakupan Jumlah pasien yang dilayani di SFGD
c)    Cakupan tindakan medik yang dilakukan di SFGD, terutama tindakan operatif
d)   Jumlah tenaga medis maupun non medis di SFGD
e)    Alur pelayanan pasien.
Sistem distribusi obat dan alat kesehatan di Satelit Farmasi Gawat Darurat RSMS:
a)         Sistem individual prescribing.
             Sistem ini diterapkan untuk :
(1)      Pasien IGD yang kondisinya baik dan diperbolehkan pulang (rawat jalan), maka keluarga pasien akan membawa resep dari dokter ke Satelit Farmasi Gawat Darurat.
(2)      Pasien IGD yang mendapatkan tindakan, maka dokter meresepkan obat dan alat kesehatan yang diperlukan.
(3)      Pembedahan minor, misalnya lecet atau tergores, biopsy kulit dan circum section.
(4)      Selain life saving drug dan obat atau alkes bedah minor, juga melayani paket Obat atau alkes untuk Hemodialisa.

b)        Sistem Floor stock
                      Sistem ini diterapkan untuk kamar operasi minor, kamar operasi mayor, VK IGD, ruang resusitasi dan ruang pemulihan. Yang termasuk dalam sistem ini adalah emergency kit berupa troli berisi ECG di ruang resusitasi, nebulizer di ruang infeksius dan Sphygmomanometer di ruang pemulihan dan ruang operasi minor. Floor stock berupa kapas, gunting kasa, kasa, perhidrol, lysol tersedia di ruang operasi minor dan mayor.

c)                        Kombinasi floor stock dan individual prescribing
Sistem ini dikenal dengan sistem paket yang diterapkan untuk tindakan operasi yang sering dilakukan di IGD. Keuntungan penerapan sistem ini dapat meminimalkan kehilangan obat maupun alat kesehatan, karena obat-obat yang telah dipakai ditulis di kartu obat sedangkan obat sisa dikembalikan. Obat dan alat kesehatan yang digunakan untuk operasi disiapkan dalam satu paket menggunakan wadah khusus, ini yang dimaksud dengan sistem floor stock-nya, sedangkan sistem individual prescribing-nya adalah ketika dokter meminta paket ke Satelit Farmasi Gawat Darurat melalui perawat. Terdapat 4 macam paket di Satelit Farmasi Gawat Darurat sesuai dengan jenis operasi yaitu paket laparotomy, craniotomy, sectio cesaria.

d.   Pelayanan Resep di SFGD
Komitmen pelayanan obat di IGD yakni pasien telah memperoleh obat maksimal dalam 5 menit. Tujuan komitmen ini adalah agar pasien mendapat obat dan alat kesehatan dalam jumlah dan waktu yang tepat terutama obat live saving.
Ruang lingkup pelayanan meliputi pelayanan obat dan alat kesehatan di instalasi farmasi gawat darurat. Kebijakan dalam distribusi dan penyerahan obat serta alat kesehatan dilaksanakan secara tepat kepada pasien umum dan pasien peserta ASKES yang membutuhkan selama 24 jam. Untuk pasien yang sedang diobservasi di Gawat Darurat :    
1)             Petugas IGD meminta obat injeksi dan alat kesehatan untuk pasien di Satelit Farmasi Gawat Darurat. Obat yang diminta disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
2)             Petugas IGD mengambil perbekalan yang dibutuhkan kemudian mencatat semua perbekalan farmasi sesuai dengan jenis dan jumlahnya ke dalam kartu obat pasien.
3)             Petugas farmasi melakukan entry resep di komputer dan menuliskan harga.
4)             Petugas farmasi melakukan rekapitulasi ketika pasien akan dirawat di ruang rawat inap.

Untuk pasien yang dioperasi di OK IGD :
1)             Pelayanan perbekalan farmasi di OK IGD untuk pasien yang akan dioperasi menggunakan sistem paket
2)             Petugas OK IGD mengajukan permintaan paket perbekalan farmasi sesuai dengan jenis operasi
3)             Setelah selesai operasi petugas OK IGD mengembalikan paket perbekalan farmasi ke Satelit Farmasi Gawat Darurat.
4)             Petugas satelit farmasi memeriksa dan menghitung kembali jumlah perbekalan farmasi yang telah digunakan dan sisanya
5)             Perbekalan farmasi yang telah digunakan di-entry ke dalam komputer.

Untuk pasien yang diperbolehkan pulang di Gawat Darurat :
1)             Menerima resep gawat darurat
2)             Memeriksa kelengkapan resep, yaitu; nama pasien, nomor rekam medik, alamat pasien, umur pasien, nama dokter penulis resep, asal poliklinik
3)             Melakukan entry data di komputer
4)             Mengkonfirmasikan harga obat kepada pasien, dan bila pasien menyetujui harga obat tersebut ditulis di resep
5)              Pasien melakukan proses pembayaran di kasir.
6)             Mengisi obat (dispensing) sesuai dengan jenis sediaan ke dalam wadah obat/plastik, untuk obat non racikan
7)             Memasukkan obat tersebut ke dalam wadah obat/plastik yang telah disediakan
8)             Melakukan pemeriksaan kesesuaian obat yang telah di dispensing dengan permintaan dalam resep, yaitu;
a)              Identitas pasien
b)             Asal resep (poliklinik)
c)              Nama obat
d)             Jenis sediaan obat
e)              Jumlah obat
f)              Aturan pakai obat dalam etiket
9)             Memanggil pasien/keluarganya serta memastikan identitas pasien sudah benar
10)         Menyerahkan obat yang telah diperiksa kepada pasien/keluarganya
11)         Memberikan informasi yang tepat dan secukupnya.
Prosedur penggunaan paket obat dan alkes di IGD :
ü   Menulis di kartu obat anastesi obat-obat dan alkes yang telah digunakan seperlunya, kemudian masukkan sisa obat dan alkes ke dalam box. Bila obat dalam bentuk sediaan ampul maka sisa obat dimasukkan ke dalam spuit kemudian ditulis nama obat dan dosisnya.
ü   Menutup rapat box, kemudian kirim kembali box ke apotek SFGD beserta kartu obatnya untuk segera diselesaikan administrasinya.

Terapi Pengobatan penyakit Efusi Pleura

Sabtu, 14 Juli 2018

Tujuan pengobatan efusi pleura adalah menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis) serta meningkatkan kualitas hidup pasien.

A.  TATA LAKSANA TERAPI
Penatalaksanaan efusi pleura tergantung dari kelainan patologi yang mendasarinya :
1.      Terapi penyakit dasar
Apabila jumlah cairan dalam rongga pleura sedikit, maka dilakukan pengobatan terhadap penyebab efusi pleura. Efusi pleura karena bakteri, baik bakteri anaerob maupun bakteri aerob ( Streptococcus pneumonie, Staphylococcus aureus, Pseudomonas, Hemophillus, E.Coli, Pseudomonas, Bakteriodes, Fusobakterium) terapinya dilakukan  dengan pemberian antibiotic ampicillin dan metronidazol.      
2.      Terapi paliatif


3.      Torakosentesis
Torakosentesis dilakukan bila jumlah cairan didalam rongga pleura banyak. Fungsi torakosentesis ini untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan dispneu, sedangkan untuk tujuan teraputik pada efusi pleura tuberculosis dilakukan atas beberapa indikasi:
-          Menghilangkan sesak yang ditimbulkan cairan
-          Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal
-          Bila terjadi reakumulasi cairan
-          Suhu badan dan keluhan subjektif masih ada
4.      Pemasangan WSD (Water Seal Drainage)
WSD dilakukan apabila cairan yang ada didalam rongga  pleura berupa cairan kental dan banyak. Pemasangan  WSD dilakukan dengan menggunakan pipa intubasi melalui sela iga. Tujuan pemasangan WSD antara lain :
-          Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura
-          Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
-          Mengembangkan kembali paru yang kolaps
-          Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
5.      Pleurodesis
Pleurodesis bertujuan melekatkan pleura viseralis dengan pleura parietalis. Tindakan ini menggunakan zat kimia (tetrasiklin, bleomisin, thiotepa, corynebacterium, parfum, talk). Pleurodesis dilakukan bila cairan amat banyak dan selalu terakumulasi kembali. Biasanya dilakukan untuk penanganan kasus efusi pleura keganasan.


Mengenal Penyakit Efusi pleura

Kamis, 12 Juli 2018


Efusi pleura adalah Pengumpulan cairan dalam dalam ruang pleura (selaput yang menutupi permukaan paru-paru) yang terletak di antara permukaan visceral (selaput)dan parietal (dinding). (Smeltzer & Bare, 2002).  Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit. Pada keadaan normal, rongga pleura hanya mengandung sedikit cairan sebanyak 5-15 ml yang membentuk lapisan tipis pada pleura parietalis dan viseralis, dengan fungsi utama sebagai pelicin gesekan antara permukaan kedua pleura pada waktu pernafasan (Smeltzer C Suzanne, 2002).. Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl.
Di Negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati, keganasan dan pneumonia bakteri. Di beberapa negara, TB merupakan penyebab utama efusi pleura. Terutama di Negara-negara berkembang seperti  Indonesia, 80% efusi pleura disebabkan oleh infeksi tuberculosis. Persentase pasien TB dengan efusi pleura sangat bervariasi dari satu negara dengan negara lain. Di Afrika Selatan terdapat 20% dari pasien TB dengan efusi pleura tuberkulosis. Hal ini berbeda jauh dengan kejadian efusi pleura tuberkulosis di Amerika Serikat, dimana hanya dilaporkan 3-5% pasien TB dengan efusi pleura. Persentase yang lebih rendah di Amerika Serikat mungkin disebabkan oleh pelaporan yang kurang dari penyakit TB tersebut, karena hasil kultur cairan pleura pada pasien efusi diAmerika Serikat negatif. Penelitian di Malaysia, ditemukan efusi pleura TB sebanyak 31,5%.

A.  ETIOLOGI dan PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya effusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal, terjadi filtrasi cairan ke dalam rongga pleura melalui kapiler pada pleura parietalis tetapi cairan ini segera direabsorpsi oleh saluran limfe, sehingga terjadi keseimbangan antara produksi dan reabsorpsi, tiap harinya diproduksi cairan kira-kira 16,8 ml. Kemampuan untuk reabsorpsinya dapat meningkat sampai 20 kali.
Pada kondisi tertentu rongga pleura dapat terjadi penimbunan cairan berupa transudat maupun eksudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada gagal jatung kongestif. Pada kasus ini keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari pembuluh darah. Transudasi juga dapat terjadi pada hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal. Cairan pleura cenderung tertimbun pada dasar paru akibat gaya gravitasi, dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
                                                                                                                      





Penimbunan eksudat disebabkan oleh peradangan atau keganasan pleura, dan akibat peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absorpsi getah bening. Jika efusi pleura mengandung nanah, keadaan ini disebut empiema. Efusi pleura akan menghambat fungsi paru dengan membatasi pengembangannya. Hal ini disebabkan adanya cairan yang banyak  dirongga pleura.
Akumulasi cairan pleura dapat terjadi bila:
1.    Meningkatnya tekanan intravaskuler dari pleura meningkatkan pembentukan cairan pleura melalui pengaruh terhadap hukum Starling. Keadaan ini dapat terjadi pada gagal jantung kanan, gagal jantung kiri dan sindroma vena kava superior.
2.    Tekanan intra pleura yang sangat rendah seperti terdapat pada atelektasis, baik karena obstruksi bronkus atau penebalan pleura visceralis
3.    Meningkatnya kadar protein dalam cairan pleura dapat menarik lebih banyak cairan masuk ke dalam rongga pleura
4.    Hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal bisa menyebabkan transudasi cairan dari kapiler pleura ke arah rongga pleura
5.    Obstruksi dari saluran limfe pada pleum parietalis. Saluran limfe bermuara pada vena untuk sistemik. Peningkatan dari tekanan vena sistemik akan menghambat pengosongan cairan limfe.
Kelebihan cairan pada rongga pleura timbul akibat dari beberapa penyakit: 
1.    Neoplasma, seperti neoplasma bronkogenik dan metastatik.
2.    Kardiovaskuler, seperti gagal jantung kongestif, embolus pulmonary dan perikarditis.
3.    Penyakit pada abdomen, seperti pankreatitis, asites, abses dan tumor ovarium.
4.    Infeksi yang disebabkan bakteri, virus, jamur, mikobakterial dan parasit.
5.    Trauma
6.    Penyebab lain seperti lupus eritematosus sistemik, rematoid arthritis, sindroms nefrotik dan uremia.
Gejala – gejala efusi pleura yang paling sering terjadi yaitu  sesak nafas dan nyeri dada (tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpul ataupun penyebabnya). Gejala lain yang mungkin ditemukan pada penderita efusi pleura seperti batuk dan banyak riak, banyak keringat, subfebril (tuberculosis), panas tinggi,demam dan menggigil.