Untuk download artikel versi Dokumen MS Word bisa klik di sini
PENDAHULUAN
·
Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes
mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme
kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat
disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta
Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel
tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).
Pada
tahun 2000 diperkirakan sekitar 150 juta orang di dunia mengidap diabetes
mellitus.Jumlah ini diperkirakan meningkat dua kali lipatnya pada tahun 2005,
dan sebagian besar peningkatan tersebut terjadi di negara-negara berkembang.
Populasi penderita DM di Indonesia diperkirakan berkisar 1,5-2,5 persen
(kecuali di Manado 6%). Bila jumlah penduduk Indonesia 200 juta jiwa, berarti
lebih kurang 3-5 juta penduduk Indonesia menderita DM dan pada tahun 2005
diperkirakan akan mencapai 12 juta penderita.
·
Patofisiologi
Pankreas
merupakan organ utama yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat.Secara
histologi, terdiri dari sel islet Langerhans dan acini. Terda-pat tiga tipe sel
islet Langerhans, yaitu: sel alfa, sel beta dan sel delta. Sel alfa mensekresi
hormon glucagon sebagai respon dari penurunan kadar gula dalam darah. Sedangkan
sel beta menghasilkan hormon insulin sebagai respon dari peningkatan kadar gula
dalam darah melebihi 100 mg/dL.
Dalam
keadaan normal, metabolisme karbohidrat yang di atur oleh ke-dua hormon
tersebut (glucagon dan insulin), akan menjamin kadar gula darah berada pada
kisaran yang cukup agar dapat menyuplai kebutuhan glukosa dari sel-sel susunan
saraf pusat. Insulin dapat menurunkan kadar gula dalam darah dengan cara:
Menghambat glikogenolisis (konversi glikogen menjadi glukosa). Menstimulasi
lipogenesis (memfasilitasi masuknya glucosa ke dalam jeringan lemak dan otot)
dan Menstimulasi glicogénesis (penyimpanan glucosa menjadi cadangan gula
glikogen). Ketika kadar gula dalam darah menurun, sel alfa mengeluarkan
glucagon dan menstimulasi hormon-hormon counterregulatory (misalnya
hormon kortisol, adrenalin, growth hormone), yang semuanya itu dapat meningkatkan
kadar gula darah dengan cara: Menstimulasi glikogenolisis (konversi cadangan
glikogen menjadi glucosa dalam darah), Menstimulasi glukoneogenesis (konversi
asam amino, gliserol dan asam laktat menjadi glucosa dalam darah), diikuti
dengan lipólisis (pembongkaran lemak menjadi asam lemak).
Pada
penderita diabetes mellitus, otomatisasi pengaturan kadar gula dalam darah
tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Secara ringkas DM terjadi akibat
terjadinya insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin ini
disebabkan oleh 2 hal, yaitu: Gangguan produksi insulin oleh Langerhans sel
beta pancreas atau Menurunnya kepekaan reseptor insulin dalam sel-sel tubuh.
Kerusakan sel beta Langerhans sering dapat mengganggu produksi
insulin.Sedangkan menurunnya kepekaan reseptor insulin sel-sel tubuh sering
berkaitan dengan obesitas pada pasien.
Klasifikasi Diabetes
Mellitus Berdasarkan Etiologinya (ADA, 2003)
1 Diabetes Mellitus Tipe 1: Destruksi
sel β umumnya menjurus ke arah defisiensi insulin absolut
a.
Melalui proses imunologik (Otoimunologik)
b.
Idiopatik
2 Diabetes Mellitus Tipe 2 Bervariasi,
mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif
sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin
3 Diabetes Mellitus Tipe Lain
a.
Defek genetik fungsi sel β :
- kromosom
12, HNF-1 α (dahulu disebut MODY 3),
- kromosom
7, glukokinase (dahulu disebut MODY 2)
- kromosom
20, HNF-4 α (dahulu disebut MODY 1)
- DNA
mitokondria
b.
Defek genetik kerja insulin
c.
Penyakit eksokrin pankreas:
- Pankreatitis
- Trauma/Pankreatektomi
- Neoplasma
-
Cistic Fibrosis
- Hemokromatosis
- Pankreatopati
fibro kalkulus
d.
Endokrinopati:
-
Akromegali
- Sindroma
Cushing
-
Feokromositoma
-
Hipertiroidisme
e.
Diabetes karena obat/zat kimia:
Glukokortikoid, hormon tiroid, asamnikotinat, pentamidin, vacor, tiazid,
dilantin, interferon
f.
Diabetes karena infeksi
g.
Diabetes Imunologi (jarang)
h.
Sidroma genetik lain: Sindroma Down,
Klinefelter, Turner, Huntington,Chorea, Prader Willi
4 Diabetes Mellitus Gestasional: Diabetes
mellitus yang muncul pada masa kehamilan, umumnya bersifatsementara, tetapi
merupakan faktor risiko untuk DM Tipe 2
5. Pra-diabetes:
a.
IFG (Impaired Fasting Glucose) =
GPT (Glukosa Puasa Terganggu)
b. IGT
(Impaired Glucose Tolerance) = TGT (Toleransi Glukosa Tergaggu).
·
Diagnosis DM
Seseorang didiagnosis DM bila memenuhi
kriteria: Terdapat gejala klasik DM yaitu Poliuria (banyak kencing terutama
malam hari), Polidipsia (selalu ingin minum/selalu haus), Polifagia (banyak
makan/selalu lapar) & penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya;
Disertai keluhan lain seperti: badan terasa lemah, sering kesemutan,
gatal-gatal di kulit, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritus
vulvae pada genitalia wanita.
Gejala klasik tersebut
kemudian ditindaklanjuti dengan pemeriksaan kadar gula dalam plasma atau kadar
gula dalam darah. Bila kadar gula dalam darah sewaktu (GDS) > 200 mg/dL atau
kadar gula dalam plasma saat puasa (8-10 jam puasa) > 126 mg/dL maka
sudah cukup untuk menegakkan diagnosis Diabetes Mellitus. Kriteria diagnosis
dapat dilihat dalam tabel 2. Pasien dengan IFG atau IGT termasuk dalam risiko
tinggi yang kemudian dapat berkembang menjadi Diabetes, oleh sebab itu
dimasukan dalam kriteria “Pra Diabetes”
Tabel 1. Kriteria
Diagnosis DM
Diagnosis
|
Kadar Glucosa Plasma Puasa
|
Kadar Gula dalam Plasma
2 Jam Post Prandial (OGTT)
|
Normal
|
< 100 mg/dL (5,6 mmol/L)
|
< 140 mg/dL (7,8 mmol/L)
|
Pra Diabetes:
* IFG
|
100-125 mg/dL (5,6-6,9 mmol/L)
|
-
|
Pra Diabetes:
* IGT
|
-
|
> 140 mg/dL (> 7,8
mmol/L) dan
< 200 mg/dL (< 11,1
mmol/L)
|
Diabetes
|
> 126 mg/dL (> 7
mmol/L)
|
> 200 mg/dL (> 11,1
mmol/L)
|
OGTT =
Oral Glucosa (75 gram) Tolerance Test; IFG = Impaired Fasting Glucose;
IGT =
Impaired Glucose Tolerance
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Deskripsi
Kasus
Nama pasien : Ny. Rochiningsih
TB/BB : 150 cm/48 kg
No. CM : 653621
Alamat : Dukuh Waluh
Ruang : Dahlia
Kelas : I
TTL : 53 tahun
Tanggal MRS : 18 Maret 2010
Riwayat penggunaan obat : Novomic, Humulin R, Captopril,
Ranitidin, OBH, Lansoprazol, Valsartan NI, Neurodex, Hedix, anti TBC
Riwayat penyakit : DM, hipertensi, TB paru
Ny. Rochingsih datang ke IGD RSUD
Dr. Margono Soekarjo dengan keluhan kaki kanan dan kirinya bengkak, sakit yang
menjalar ke bahu, sesak napas, dan batuk.Pasien didiagnosis menderita ulkus
diabetik, TB, hipertensi, dan CHF.Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes
Mellitus tipe 2 hipertensi, dan TB. Pasien pernah menerima obat maupun suplemen
antara lain Essence of fish (suplemen), Novomic dan Humulin R (insulin),
captopril, ranitidine, OBH, Lansoprazole, Neurodex, Hedix, dan anti TBC.
Hasil pengematan
Analisis
Kasus
Pasien menderita Diabetes
Mellitus tipe 2 yang mengalami komplikasi yang berupa CHF, hipertensi,
nephropathy, neuropathy, dan ulkus diabetikus.
IBW = 45,4 + (152,4 – 150) x 0,89
=
47,54 kg
Clcr = 0,85 x
= 14,49 ml/menit
Pasien pernah menjalani regimen
pengobatan untuk TB paru selama 1 tahun.Pasien mengalami fasting hyperglycemia
yang menunjukkan bahwa pasien telah mengalami penurunan sensitivitas
insulin.Pasien juga mengalami syndrome X dengan gejala yang dialami, yaitu
penurunan sensitivitas insulin, fasting hyperglycemia, hiperuricemia, central
obesity (pasien mengalami kegemukan hanya pada bagian perut dan sekitar
payudara), dan hipertensi.
Dari hasil rontgen didapatkan
hasil masih ada bercak putih di paru-paru pasien yang menandakan bahwa TB paru
pasien belum sembuh.Selama di RSUD Margono Soekarjo pasien pernah menjalani
operasi pada ulkus diabetikusnya.
Evaluasi
Obat Terpilih
1.
Diabetes Mellitus
·
Novomix
Dosis : 12-0-12
Frekuensi : 2 kali sehari
Durasi : 4 hari
Efek Samping : hipoglikemia, edema
Interaksi Obat : -
Evaluasi : pemilihan obat kurang tepat karena pasien mengalami udem
pada kaki kanan dan kiri, padahal novomix mempunyai efek samping edema. Hal ini
akan memperparah udem yang diderita oleh pasien. Dari hasil pengamatan
diperoleh bahwa setelah penggunaan novomix udem pasien menjadi bertambah parah,
yaitu yang tadinya hanya kaki kanan dan kirinya yang mengalami udem menjadi
seluruh tubuh.
·
Actrapid
Dosis : 12-12-8, 10-10-10, 12-12-12, 8-8-8
Frekuensi : 3 kali sehari
Durasi : 16 hari
Efek samping : reaksi alergi local dan sistemik,
lipodistrofi.
Interaksi
obat : -
Evaluasi : pemilihan obat kurang tepat karena
pasien mengalami fasting hyperglycemia sehingga untuk mengontrol kadar gula
darah puasanya diperlukan insulin basal. Actrapid merupakan short acting
insulin.
·
Humalog
Dosis : 12-0-12
Frekuensi : 2 kali sehari
Durasi : 3 hari
Efek
samping : reaksi alergi local dan
sistemik, lipodistrofi, hipoglikemi
Interaksi
obat : -
Evaluasi : pemilihan obat kurang tepat karena
pasien mengalami fasting hyperglycemia sehingga untuk mengontrol kadar gula
darah puasanya diperlukan insulin basal. Humalog merupakan rapid acting
insulin.Frekuensi penggunaan insulin juga kurang tepat, seharusnya penggunaan
Humalog minimal adalah 4 kali sehari.
2.
Hipertensi
·
Furosemid
Dosis : 20 mg/2 ml
Frekuensi : 3 kali sehari
Durasi : 17 hari
Efek
samping : Hipotensi ortostatik, tromboflebitis, aortitis
kronik, hipotensi akut,serangan jantung (akibat pemberian melalui I.V atau
I.M), parethesias, vertigo, pusing, kepala terasa ringan, sakit kepala,
pandangan kabur, demam, tidak bisa beristirahat, hiperglikemia, hiperurisemia,
hipokalemia, hipokloremia, alkalosis metabolik, hipokalsemia, hipomagnasemia,
hiponatremia, dermatitis eksfoliatif, eritema multiform, purpura,
fotosensitifitas, urtikaria, rashm pruritusm vaskulitis kutan,
Interaksi
obat : -
Evaluasi : sudah tepat karena pasien juga
mengalami udem, namun penggunaannya jangan bersamaan dengan bisoprolol karena
dapat meningkatkan resiko terjadinya hiperglikemi yang akan memperparah keadaan
pasien.Perlu dikombinasikan dengan spironolakton karena pasien mengalami
hypokalemia.
·
Obat golongan Angiotensin Reseptor Blocker
a. Mycardis
(Telmisartan)
Dosis :
80 mg
Frekuensi :
2 kali sehari
Durasi :
8 hari
Efek samping :
diare, infeksi saluran pernapasan atas, sakit punggung, batuk
Interaksi obat :
-
Evaluasi :
sudah tepat karena terapi pasien hipertensi yang mengalami gangguan ginjal
adalah menggunakan obat-obatan golongan ACE inhibitor dan ARB.
b. Valsartan
Dosis :
40 mg
Frekuensi :
1 kali sehari
Durasi :
9 hari
Efek samping :
pusing, meningkatkan BUN
Interaksi obat :
-
Evaluasi :
sudah tepat karena terapi pasien hipertensi yang mengalami gangguan ginjal
adalah menggunakan obat-obatan golongan ACE inhibitor dan ARB.
·
Bisovell (Bisoprolol)
Dosis : 2,5 mg
Frekuensi : 1 kali sehari
Durasi : 12 hari
Efek
samping : fatigue, insomnia, diare, mual,
rhinitis
Interakasi
obat :-
Evaluasi : tidak tepat karena kontraindikasi
terhadap pasien yang mengalami eksaserbasi akut. Pasien mengalami eksaserbasi
akut dengan gejala sesak, udem, dan nyeri dada. Penggunaan bisoprolol pada
pasien dengan kondisi eksaserbasi akut akan memperparah kondisinya.
·
Captopril
Dosis : 12,5 mg
Frekuensi : 2 kali sehari
Durasi : 1 hari
Efek
samping : hipotensi, rash, hyperkalemia,
batuk
Interaksi
obat : -
Evaluasi : tidak tepat karena pasien mengalami
batuk kering dengan efek samping dari kaptopril akan memperburuk batuk kering
yang diderita oleh pasien.
·
Nifedipin
Dosis : 5 mg
Frekuensi : 3 kali sehari
Durasi : 1 hari
Efek
samping : hipotensi, vasodilatasi ringan
Interaksi
obat : -
Evaluasi : Kurang tepat karena anti hipertensi
dengan komplikasi DM dan gangguan ginjal yang bisa digunakan adalah golongan
ACE inhibitor atau ARB
3.
CHF
·
ISDN
Dosis : 5 mg
Frekuensi : 3 kali sehari
Durasi :8 hari
Efek
samping : sakit kepala, hipotensi
structural,
Interaksi
obat : -
Evaluasi : sudah tepat karena pasien mengalami
nyeri di di dada yang menjalar sampai ke bahu
·
Furosemid
Evaluasi : sudah tepat karena pasien mengalami
udem yang disebabkan oleh CHF-nya, namun perlu dikombinasikan dengan
spironolakton karena pasien mengalami hipokalemia
·
ARB
Evaluasi : sudah tepat karena pasien mengalami
nephropathy
·
Bisoprolol
Evaluasi : tidak tepat karena peringatan bagi
pasien yang mengalami CHF dan mengalami interakasi obat dengan valsartan yang
akan meningkatkan resiko terjadinya kematian pada penderita CHF dan dengan
furosemide yang akan memperburuk keadaan diabetes melitusnya karena dapat
meningkatkan resiko terjadinya hiperglikemi
4.
Nephropathy
·
Furosemid :
sudah tepat karena pasien mengalami udem, namun perlu dikombinasikan dengna
spironolakton karena pasien mengalami hypokalemia
·
Prorenal
Dosis : 10 mg
Frekuensi : 3 kali sehari
Durasi : 1 hari
Efek
samping : hiperkalsemia
Interaksi
obat : -
Evaluasi : sudah tepat karena pasien mengalami
insufisiensi ginjal, namun durasinya kurang tepat seharusnya digunakan setiap
hari sebagai suplemen yang nephroprotective.
5.
Neuropathy
·
Neurodex
Dosis : vit B1 100 mg, vit B6 200
mg,vit B12 250 mcg
Frekuensi : 2 kali sehari
Durasi : 6 hari
Efek
samping : -
Interaksi
obat : -
Evaluasi : sudah tepat karena pasien mengalami
neuropathy
6.
Ulkus
diabetikus
·
Cairan KCl dan NaCl
Untuk
membasuh ulkus diabetikusnya.
·
Pletaal (Cilostazol)
Dosis : 50 mg
Frekuensi : 2 kali sehari
Durasi : 9 hari
Efek
samping : ruam, palpitasi, takikardi,
muka merah dan panas, sakit kepala, pusing, mual, muntah, anoreksia, diare
Interaksi
obat : -
Evaluasi : sudah tepat karena digunakan untuk
mencegah terjadinya angiopati
·
Antibiotik
a. Ceftriaxon
b. Cefotaxim
c. Meropenem
d. Ciprofloxacin
e. Metronidazole
Evaluasi :
pemberian antibiotic sudah tepat karena pasien mengalami gangrene basah.
Antibiotik digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi pada ulkus diabetikus
ari pasien, terlihat dari hasil kultur pasien tidak mengalami infeksi.Penggunaannya
kurang tepat karena terjadi beberapa duplikasi terapi antibiotic, yaitu
penggunaan ceftriaxone, cefotaxim, dan metronidazole.
·
Kalnex (asam traneksamat)
Evaluasi : sudah tepat untuk terapi pasca
operasi ulkus diabetikusnya
7.
Indikasi
lain
·
Hipoalbuminemia : Plasbumin (Albumin)
Evaluasi : sudah tepat karena pasien
memerlukan tambahan albumin karena mengalami hipoalbuminemia
·
Anemia :
transfusi PRC 2 kolf
Evaluasi : sudah tepat karena kadar Hb pasien
drop sampai 7,7 mg/dl sehingga diperlukan tranfusi darah untuk meningkatkan
kadar Hb-nya
·
Gelisah :
Diazepam
Evaluasi : sudah tepat karena pasien mengalami
gelisah dan sulit tidur. Penggunaannya jika perlu yaitu hanya ketika pasien
mengalami gelisah dan susuah tidur.
·
Konstipasi :
Dulcolax suppo
·
Batuk :
DMP, Ambroxol, Codipront
Evaluasi : kurang tepat karena hanya merupakan
terapi simtomatik bukan menghilangkan penyebab dari batuknya. Kemungkinan batuk
terjadi karena pasien masih menderita TB paru.
·
Sesak napas :
O2, Bricasma, Ventolin, aminofilin
Evaluasi : sudah tepat namun penggunaannya
hanya untuk simtomatik saja dan tidak mengatasi penyebabnya. Sesak napas yang
terjadi pada pasien kemungkinan karena udem paru yang dialami pasien karena
penyakit CHF mupun ginjalnya dan karena penyakit TB parunya yang belum sembuh.
·
Gastritis :
Ranitidin
Evaluasi : sudah tepat
8. Obat tanpa indikasi
·
Dexametason
·
Kaltrofen suppo
Care
Plan
1. Diabetes
Mellitus
Pasien mengalami diabetes mellitus tipe 2 yang
sudah mengalami syndrome X yang meliputi penurunan
sensitivitas insulin, fasting hyperglycemia, hiperuricemia, central obesity
(pasien mengalami kegemukan hanya pada bagian perut dan sekitar payudara), dan
hipertensi.
Obat
yang digunakan:
·
Pasien
mengalami fasting hyperglycemia dan penurunan sensifitas insulin, sehingga
diperlukan terapi kombinasi menggunakan insulin dan metformin. Insulin yang
digunakan adalah insulin mix antara insulin basal dan prandial, insulin basal
diperlukan untuk mengatasi fasting hyperglycemia yang dialami oleh pasien.
Metformin digunakan untuk meningkatkan sensifitas sekresi insulin
Monitoring
:
·
Kadar
gula darah puasa
·
Kadar
gula darah sewaktu
·
ESO
KIE
·
Cara
penggunaan insulin
·
Gejala
hiperglikemia
·
Gejala
hipoglikemia dan cara mengatasinya..
·
Pengaturan
diet
2.
Hipertensi
Pasien mengalami hipertensi yang disebabkan oleh DM
yang diderita.Hipertensi merupakan komplikasi kronis dari penyakit Diabetes
Mellitus akibat makroangiopati.Intervensi farmakoterapi mungkin dibutuhkan pada
kondisi pasien yang telah menderita komplikasi tersebut.
Obat
yang digunakan :
·
Valsartan
Valsartan
merupakan antihipertensi golongan ARB yang merupakan line pertama obat untuk
hipertensi dengan compelling indikasi DM dan CRF.
·
Furosemide
Pasein
mengalami udem sehingga membutuhkan terapi deuretik. Loop diuretik merupakan
terapi line pertama udem pada penderita CRF.
·
Spironolakton
Pasein
mengalami hypokalemia sehingga terapi diuretic dengan furosemide perlu
dikombinasikan dengan deuretik hemat kalium.
Monitoring
:
·
Tekanan
darah
·
Kadar
kalium
·
ESO
KIE
:
·
Diet
rendah Na
·
Cara
penggunaan diuretic
3.
CHF
Pasien mengalami CHF Karena DM dan hipertensi yang
diderita, pasien mengalami CHF stage 3.CHF merupakan komplikasi kronis dari
penyakit Diabetes Mellitus akibat makroangiopati.Intervensi farmakoterapi mungkin
dibutuhkan pada kondisi pasien yang telah menderita komplikasi tersebut.
Obat
yang digunakan :
·
ISDN
Pasien mengalami sakit nyeri
sampai kebahu, sehingga diperlukan ISDN untuk meredakan nyerinya.
·
Valsartan
Pasien
Monitoring:
·
Udem
·
Frekuensi
dan intensitas nyeri di dada
·
ESO
KIE
·
Cara
pemakaian ISDN
·
Senam
lansia/senam jantung
·
Kurangi
aktifitas yang terlalu berat
4. CRF
Pasien mengalami CRF
karena DM yang diderita, pasien
mengalami CRF stage moderatate dengan Clcr 14,49 ml/menit.Nefropati
diabetic disebabkan oleh adanya kerusakan sel nefron ginjal yang kemudian
menyebabkan proteinuria dan hipertensi kemudian diikuti dengan penurunan laju
filtrasi glomerolus (GFR).Nefropati merupakan penyebab utama kematian pada
pasien DM. Faktor risiko terjadinya nefropati yang lainya adalah Hipertensi,
Merokok dan Dislipidemia. Untuk mencegah atau mengurangi risiko terjadinya
nefropati diabetic, adalah: 1) Kontrol gula darah yang ketat; 2) Kontrol
tekanan darah yang ketat, bila terjadi hipertensi segera diobati; 3)
Pemeriksaan kadar lemak dalam darah, bila
terdapat dislipidemia terapi obat dan asupan diet rendah lemak; 4)
Berhenti merokok; 5) Pemberian ACE Inhibitor (Captopril, lisinopril, dll) atau
Angiotensin Receptor Blocker/ARB (Losartan, irbesartan, dll) dapat mengurangi
& mencegah micro dan macro albuminuria pada penderita DM sehingga
menurunkan kejadian End Stage of Renal Disease (ESRD/gagal ginjal
terminal).
Obat
yang digunakan :
·
Prorenal
Prorenal digunakan sebagai sublemen untuk
pasien dengan insufisiensi ginjal.
Monitoring :
·
Serum Kreatinin
·
Kadar Ureum
·
Clcr
·
Kalium
·
Hb
·
ESO
KIE :
·
Pengaturan diet
·
Kurangi aktifitas yang terlalu berat.
5. Ulcus
diabetikus
Perawatan kaki
penderita DM juga merupakan hal yang penting. Neuropati perifer dapat
menyebabkan kaki diabetesi menjadi kehilang-an sensor. Kombinasi antara
kehilangan sensasi, kerusakan vaskuler (aliran darah berkurang) dan infeksi,
akan berkembang menjadi ulcer. Luka yang kecil pada kaki dapat
menyebabkan gangrene bila si empunya kaki tidak menyadari. Gangren yang meluas
akan berakhir dengan amputasi. Oleh karena itu pasien dapat disarankan untuk
menggunakan sepatu kain yang tidak terlalu ketat.Pasien dilatih untuk merawat
kakinya agar tetap kering dan bersih.
Obat yang digunakan :
·
Pletaal (Cilostazol)
·
Antibiotik
·
Kalnex
·
NaCl
Monitoring :
·
Kultur bakteri
·
Kultur sensitifitas antibiotic
·
Kesembuhan ulcus
·
ESO
KIE :
·
Luka dibersihkan setiap hari menggunakan NaCl
·
Perawatan kaki.
·
Minum antibiotiknya dengan teratur
6. Hipoalbuminemia
Pasien mengalami penurunan kadar albumin dalam
darah sehingga pasien mengalami udem. Udem terjadi karena tekanan osmotic darah
turun sehingga menyebabkan cairan dalam darah masuk ke dalam sel.
Obat yang digunakan :
·
Infus Albumin
·
Infus monitol
Infus manitol digunakan untuk meningkatkan
tekanan osmotic dalam darah.
Monitoring :
·
Kadar albumin
·
Udema
·
ESO
7. Anemia
Pasien mengalami CRF sehingga menyebabkan
anemia karena kemampuan ginjal untuk memproduksi hormone epoetin yang
diperlukan untuk memacu sintesis sel darah merah menurun.
Obat yang digunakan:
·
Epoetin α
Epoetin α merupakan terapi anemia pada CRF non
hemodialisa.
Monitoring:
·
Kadar Hb
·
Kadar Ht
8. TB
paru
Pasien mengalami TB paru yang diderita sejak
tahun 2006 dan sudah menjalani regimen terapi TB paru selama 1 tahun kemudian
berhenti.Namun, ternyata pasien belum sembuh 100% terlihat dari hasil USG yang
masih terdapat bercak pada paru-paru pasien.
Obat yang digunakan:
·
Terapi intensif : INH, rifampisin, pirazinamid
Terapi
lanjutan : INH dan rifampisin
Monitoring:
·
Tes BTA
·
Batuk
·
Rontgen paru-paru
·
ESO
KIE
·
minum obat secara teratur dan rutin
·
Memisahkan alat makan dan minum dengan anggota
keluarga lain untuk mencegah penularan pada yang lain.
9. Neuropati
Pasien telah mengalami kehilangan sensasi dan
nyeri pada ujung-ujung jari tangan dan kaki.Nefropati diabetic disebabkan oleh adanya kerusakan
sel nefron ginjal yang kemudian menyebabkan proteinuria dan hipertensi kemudian
diikuti dengan penurunan laju filtrasi glomerolus (GFR).Nefropati merupakan
penyebab utama kematian pada pasien DM. Faktor risiko terjadinya nefropati yang
lainya adalah Hipertensi, Merokok dan Dislipidemia. Untuk mencegah atau
mengurangi risiko terjadinya nefropati diabetic, adalah: 1) Kontrol gula darah
yang ketat; 2) Kontrol tekanan darah yang ketat, bila terjadi hipertensi segera
diobati; 3) Pemeriksaan kadar lemak dalam darah, bila terdapat dislipidemia terapi obat dan asupan
diet rendah lemak; 4) Berhenti merokok; 5) Pemberian ACE Inhibitor (Captopril,
lisinopril, dll) atau Angiotensin Receptor Blocker/ARB (Losartan, irbesartan,
dll) dapat mengurangi & mencegah micro dan macro albuminuria pada penderita
DM sehingga menurunkan kejadian End Stage of Renal Disease (ESRD/gagal
ginjal terminal).
Obat yang digunakan:
·
Neurodex
Monitoring:
·
Hilangnya rasa nyeri
·
Hilangnya semutan
·
ESO
KIE:
·
Mengatir diet
·
Melakukan exercise yang menggerakkan kaki dan
tangan
KESIMPULAN
1. Ny,
Rochingsih menderita DM tipe 2 dengan berbagai komplikasi mikrovaskuler dan
makrovaskuler
2. Pasien
menerima terapi untuk DM, hipertensi, CHF, CRF, TB paru, neuropati, ulkus
diabetikus, dan anemia
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, Informatorium Obat
Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 2009, MIMS Indonesia Petunjuk dan Konsultasi, Edisi
6 2008/2009, P.T. Infomaster, Jakarta.
Dipiro,
J.T., et all, 2008, Pharmacotherapy : A
Pathophysiologic Approach, Seventh Edition, The McGraw-Hill Companies, Inc.,
United States of America.
Tjay, Tan Hoan, Kirana Raharja, 2007, Obat-Obat Penting,Edisi VI, P.T Elex Media Komputindo, Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar