Pengenalan Reproduksi Dan Bioteknologi Inseminasi Buatan | Gudang artikel

Pengenalan Reproduksi Dan Bioteknologi Inseminasi Buatan

Senin, 14 Januari 2013

Salah  satu cara untuk meningkatkan produktifitas ternak  adalah dengan memperkenalkan dan menerapkan teknologi reproduksi. Penerapan teknologi reproduksi, seperti inseminasi buatan (IB) bertujuan untuk meningkatkan mutu genetik dan produksi ternak. IB atau yang lebih dikenal dengan kawin suntik merupakan cara pemasukan spermatozoa kedalam organ reproduksi betina dengan suatu alat tertentu melalui bantuan manusia, dan melalui proses sejak penampungan semen, penilaian, pengenceran, sampai penilaian hasil inseminasi buatan.
Pengenceran semen adalah upaya untuk memperbanyak volume semen, mengurangi kepadatan spermatozoa serta menjaga kelangsungan hidup spermatozoa sampai waktu tertentu pada kondisi penyimpanan di bawah atau di atas titik beku (RusdindanJum’at 2000). Pengenceran dan penyimpanan semen merupakan usaha mempertahankan fertilitas spermatozoa dalam periode yang lebih lama yakni untuk memperpanjang daya hidup spermatozoa, motilitas, dan daya fertilitasnya
Penampungan semen, salah satunya dapat melalui metode Vagina Buatan, yaitu suatu alat yang berfungsi untuk menampung semen pejantan sekaligus menyerupai vagina betina baik bentuk, kelembutan, maupun suhunya sehingga pejantan dapat melakukan ejakulasi (penetrasi) seperti biasa. Alat ini berbentuk tabung dengan diameter 5 cm dan memiliki selongsong karet bagian dalam berukuran 23-29 cm. Sebelumnya pejantan harus dipancing dengan betina untuk melakukan ejakulasi, dan pada saat ejakulasi terjadi, petugas dengan sigap menggantinya dengan vagina buatan.
Sebelum melakukan pengambilan semen menggunakan vagina buatan, perlu untuk mengetahui langkah langkah awal terlebih dahulu, yaitu mengetahui bagian bagian dari vagina buatan:
  1. SEBUAH TABUNG KERAS DAN KAKU, PANJANG 35 CM, TERBUAT DARI KARET DAN TIDAK MUDAH PECAH
  2. SELONGSONG KARET TIPIS AGAK HALUS PERMUKAANNYA, PELAPIS DALAM, DIAMETER SEKITAR 6 CM, DENGAN PANJANG 40 CM SELANJUTNYA DISEBUT INNER LINER.
  3. CORONG DARI KARET TIPIS DIAMETER 7 CM DAN DIAMETER UJUNG 1 CM, PANJANG 20 CM. BADAN CORONG TERDAPAT TOREHAN KECIL UNTUK VENTILASI
  4. GELANG-GELANG KARET UNTUK MENGIKAT SELONGSONG KARET, CORONG KARET, DSB.
  5. TABUNG GELAS SEPERTI TABUNG REAKSI KIMIA,LEBIH PENDEK DAN BERSKALA DIAMETER 1 CM PANJANG 5 CM.
  6. BAHAN PELICIN DAN TANGKAI PELICIN . BERUPA VASELIN/KANJI KENTAL, DAPAT BERUPA LARUTAN TRAGACANT.  TANGKAI PELICIN DAPAT BERUPA BAMBU YG DIRAUT HALUS, BATANG KACA DAN BATANG EBONIT.
  7. THERMOS ES DAN HANDUK
Kemudian dilanjutkan dengan penyiapan vagina buatan sebelum melakukan pengambilan semen:
  1. SELONGSONG KARET TIPIS DIMASUKAN KE DALAM TABUNG KAKU
  2. KEDUA UJUNG SELONGSONG KARET DIKUAKAN, DIBUKA DAN DIPASANG PADA BIBIR TABUNG
  3. IKAT KEDUA UJUNG TERSEBUT DENGAN KARET PENGIKAT
  4. CORONG DARI KARET TIPIS, DIPASANG DI SALAH SATU UJUNG DARI TABUNG YG BERLAPIS KARET DI DALAMNYA
  5. TABUNG PENAMPUNG DIPASANG DI UJUNG CORONG KARET, IKAT DENGAN KARET GELANG
  6. AIR HANGAT (45 C) DIMASUKAN MELALUI LUBANG YG DAPAT DIBUKA DAN DITUTUP. BANYAKNYA AIR SEKITAR ¼  - ½ ISI TABUNG.
  7. SEBELUM DIOLES BAHAN PELICIN, UKUR DULU PANJANG TABUNG, PENGOLESAN SEKITAR ¼ - ½ MULUT TABUNG.
  8. LIHAT TEMPERATUR JIKA 39 C LAKUKAN PENGULANGAN PENGISIAN AIR HANGAT, JIKA 40 - 43 C MAKA LAKUKAN PENAMPUNGAN.
Dalampelaksanaan pengambilan semen, hal2 yang perlu diperhatikan diantarannya:
  1. PENAMPUNGAN DENGAN VB MERUPAKAN CARA TERBAIK DENGAN MENGHASILKAN SEMEN BERKUALITAS KARENA EJAKULASI BERJALAN NORMAL SEBAGAIMANA KAWIN ALAM, SEGERA DIOLAH!!!!
  2. PERLU DISIAPKAN PEJANTAN, SERVICES CREATE, RAMBUT PRAEPUTIUM JANGAN DIBIARKAN TERLALU PANJANG, SEKALI-KALI DIPOTONG DAN DISISAKAN 2 – 3 CM.
  3. KEBERSIHAN HARUS DIJAGA
  4. KANDANG HARUS BERLANTAI KASAR
  5. PEJANTAN JANGAN DIBUAT STRESS/MARAH
  6. LAKUKAN RANGSANGAN SEX UNTUK MENINGKATKAN LIBIDO DENGAN CARA TEASER BETINA YG SEDANG BIRAHI, TEASER DIBAWA KELILING BEBERAPA KALI, MELIHAT PEJANTAN LAIN YG KAWIN.
  7. KONDISI BADAN PEJANTAN SEHAT DAPAT DILAKUKAN PENAMPUNGAN 2 – 3 KALI/MINGGU, TUKAR POSISI.

Setelah mendapatkan semen kemudian dilakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis untuk mengetahui kualitas dari semen yang kita ambil. Karena semen dengan kualitas rendah umumnya mempunyai ketahanan yang rendah dan kemunkinan terjadinya fertilisasi sangat rendah.
Evaluasi Semen
Evaluasi semen dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis.Evaluasi semen secara makroskopis meliputi volume, bau, warna, konsistensi dan derajat keasaman (pH) semen. Sedangkan secara mikroskopis yaitu pengamatan motilitas, dan konsentrasi spermatozoa.
Setelah penilaian makroskopis, selanjutnya dilakukan penilaian secara mikroskopis untuk menghitung konsentrasi dan motilitas spermatozoa. jika hasil penilaian tersebut baik, dilanjutkan pengenceran semen (1 : 10) sesuai perlakuan.

UNTUK MENGHITUNG KONSISTENSICARANYA ADALAH DENGAN MENGGETARKAN TABUNG YG BERISI SEMEN. SEMEN YG BAIK  ADALAH YANG LEBIH KENTAL DARI AIR SUSU DENGAN KANDUNGAN LEMAK TINGGISEDANGKAN SEMEN JELEK SEPERTI AIR KELAPA (BUKAN SANTAN). JIKA BENING MAKA KONSISTENSI SANGAT RENDAH

Untuk pengamatan mikroskopis. Dimulai dengan melihat gerakan massa
Sperma dibawah lapangan pan clang mikroskop dengan pembesaran IOx10.
Spermatozoa dalam suatu kelompok mempunyai kecenderungan untuk
Bergerak bersama-sama ke suatu arah berupa gelombang yang tebal atau tipis.
Bergerak cepat atau lamban tergantung dari konsetrasi sperma hidup
didalamnya. Berdasarkan penilaian gerakan massa. kualitas semen dapat
ditentukan sebagai : (1 )." : sangat balk" (+++)_ yakni terlihat gelombang sangat
besar. banyak. gelap. tebal clan aktif. (2) . "balk". (++). Yakni bila terlihat
gelombang kecil . tipis. jarang. Kurang jelas clan bergerak lamban: (3)
"lumayan" (+) . jika tidak terlihat gelombang melainkan hanya gerakan individu
Aktif progresif. clan (4) . "buruk" bila hanya sedikit atau tidak ada gerakan
individu .
Cara untuk menilai gerakan individu spermatozoa antara lain. (1)
Setetes larutan Na Clfisiologis diletakkan diatas kacao byek. (2) semen yang
Akan diamati diteteskan diatas kaca obyek yang sama sambil diaduk. kemudian
Ditutup dengan kaca penutup : (3) kemudian dilihat dibawah pembesaran
Pandangan mikroskop 45x10 . Semen yang bisa dipakai untuk inseminasi.bila
setidaknya 50 -80 % spermatozoa bergerak progresif clan menghasilkan
gerakan massa .
Penilaian konsentrasi Yemen dilakukan dengan mengencerkan semen
Dengan larutan NaCl 2% yang kemudian dibaca nilai absorbensinya pada
Spektrofotometer dengan i. 540 nm. Angka vang tertera pada display
Spektrofotometer selanjutnya dikonfersikan dengan standar penghitungan
konsentrasi Yemen yang baku yang diperoleh dari Balai Inseminasi Buatan
Lembang.
Perbedaan daya serap zat warna antar asperma yang mati clan hidup
Digunakan untuk menghitung jumlah spermatozoa yang hidup secara obyektif.
Zat warna yang digunakan adalah larutan Eosin 2 % dalam Natriumsitrat .Satu
Tetes zat warna ditempatkan pada suatu kaca obyek. kemudian di atasnya
ditetesi Yemen yang akan diamati. Dicampur secara merata dengan
menggunakan kaca obyek yang lain . Kemudian di alas permukaan kaca obyek
yang baru. Dibuat preparatulas dari campuran semen clan pewarna tersebut
diatas clan segeradifiksasi . Padawaktu Yemen segardicampurdengan Eosin
sperma yang hidup tidak dapat menyerap zat warna. Sedangkan sperma yang
mati akan menyerap warna karena permeabilitas dinding sel meningkat
sewaktu mati . Penilaian dilakukan dengan menghitung jumlah sperma yang
hidup (tidak berwarna) dan yang mati (berwarna merah) dalam 100 sperma.
Penghitungan jumlah sperma dilakukan dua kali dan hasilnya di rata-ratakan.

UMUMNYA METABOLISME SPERMATOZOA DI BAGI MENJADI 2 YAITU AEROB danANAEROB
Metabolisme sperma diperantarai oleh molekul sederhana, utamanya adalah fruktosa, glukosa, manosa, dan pyruvate. Komponen gula dan derivatnya tersebut berfungsi sebagai substansi dasar penyedia energi dan pemelihara gradien ionik antar membran (Curry, 1995; Arthur et al., 1996).
Saat ini dikenal 2 agen cryoprotectant, yaitu penetrating cryoprotectant dan non penetrating cryoprotectant. Penetrating cryoprotectant, seperti glycerol atau dimethyl sulfooxide (DMSO) bekerja dengan aksi mengurangi tingkat dehidrasi sel, sehingga secara teknis dapat mengurangi efek kerusakan larutan. Selain itu, penetrating cryoprotectant bekerja dengan mengikat air, sehingga komponen intracellular tidak dapat diubah menjadi ice crystal. Non penetrating cryoprotectant, seperti disaccharides atau protein bekerja dengan aksi mempersingkat kejadian dehidrasi sel selama proses pendinginan cepat (Arthur et al., 1996).
Dalam kriopreservasi sperma, glycerol merupakan cryoprotectant utama untuk spermatozoa mammalia. Penggunaan glycerol di tiap spesies mempunyai konsentrasi yang berbeda. Pada sapi, konsentrasi optimal glycerol dalam diluent adalah 6-9% .

SPERMATOZOA DIBEDAKAN MENJADI 2 KROMOSOM YAITU X DAN Y. YANG DALAM PEMILAHAN PERMA DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI PEMBEDA ANTARA CALON UNTUK JENIS LAKI2 DAN PEREMPUAN
Perbedaan potensial antara spermatozoa X dan Y adalah kandungan DNA,
sensitivitas pH dan perbedaan morphologi kepala serta motilitas. Perbedaan yang utama
adalah kontribusi dari kromosom seksnya, yaitu spermatozoa X mengandung kromatin
lebih banyak pada inti spermatozoa yang terdapat dalam kepalanya, sehingga ukuran
kepala spermatozoa X lebih besar. Spermatozoa Y ukuran kepalanya kepalanya lebih
kecil, lebih ringan dan lebih pendek dibandingkan spermatozoa X, sehingga
spermatozoa Y lebih cepat dan lebih banyak bergerak serta kemungkinan mengandung
materi genetik dan DNA lebih sedikit dibandingkan dengan spermatozoa X.
Dalam suatu perkawinan, jika spermatozoa Y yang berhasil membuahi telur,
anak yang akan dilahirkan adalah JANTAN, dengan komposisi kromosom secara normal
yaitu XY. Hal ini terjadi karena dalam proses pembentukan jenis kelamin, spermatozoa
Y yang mengandung gen Testis determining factor (tidakdimilikioleh spermatozoa X)
Akan mengarahkan pertumbuhan gonad primordial untuk membentuk testes
Selanjutnya, tes tes (sel-selSertoli) akan menghasilkan hormon Anti Mullerian duct
Factor yang dapat meregresi pertumbuhan Mullerian duct, sehingga saluran reproduksi
betina (oviduct, uterus, cervix dan vagina) tidak terbentuk. Selain itu, testes (sel-sel
Leydig) juga mensekresikan hormon testosteron yang menyebabkan maskulinisasi pada
Foetus dan membantu dalam proses pembentukan penis dan scrotum serta merangsang
Pertumbuhan Wollfian duct untuk membentuk epididymus, vas deferens, dan seminal
vesicle. Sebaliknya jika spermatozoa X yang berhasil membuahi sel telur, maka akan
dilahirkan anak BETINA dengan komposisi kromosom yang normal, yaitu XX.
Ketidakhadiran gen testes determining factor akanmenyebabkan gonad primordial
Berubah menjadi ovarium. Selanjutnya ovarium (sel-se lgranulosa dan sel-sel theca)
Akan mensekresesikan hormon estrogen yang merangsang pertumbuhan Mullerian duct
untuk membentuk saluran reproduksi betina

0 komentar:

Posting Komentar